Selamat idul fitri 1436 H
Selamat idul fitri 1436 H
Melewati rangkaian panjang ibadah selama
sebulan, tidak terasa akhirnya, sampailah kita pada saat yang berbahagia, yaitu
THRan.
Berikut adalah
ungkapan semua rakyat Indonesia yang katanya mayoritas muslim dan dinobatkan
sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia ini. Ketika
hampir 60 juta penduduk Indonesia digolongan kelas menengah dan 20 juta
golongan kelas menengah atas menikmati dan suka cita dalam keindahan idul
fitri, jangan lupa ada lebih dari 30 juta masyarakat Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan dan 40 Juta penduduk
Indonesia yang masih rentan pada kemiskinan.
Inilah sedikit
fenomena alam yang terjadi di bumi pertiwi Indonesia, dimana ketimpangan
ekonomi sangat dirasakan di negeri tercinta ini. Di dalam kemiskinan yang masih sangat banyak, negara indonesia yang tercinta ini selalu
masuk daftar negara yang diberikan jatah launching produk terbaru
produsen-produsen barang mewah dan salah satu pangsa terbesar dunia yang
menjadi target penjualan yang cukup tinggi. Karena Produsen dunia tau bahwa Indonesia memiliki masyarakat yang
kaya tidak kurang dari 20 juta jiwa.
Padahal, masih ada hampir 70 juta jiwa masyarakat
Indonesia yang perlu dibantu, diberdayakan, dan diberikan perhatian khusus tidak
hanya oleh pemerintah, namun oleh 20 juta masyarakat Indonesia yang sangat kaya
raya. Dimana Singapore, Jepang, Malaysia, Brunei, dan negara negara maju
lainnya tidak memiliki masyarakat kaya sebanyak orang Indonesia. Bahkan jika 20 juta orang kaya di Indonesia
mau sedikit berfikir, memutar dan memberdayakan harta idle yang dimilikinya, maka 70 Juta masyarakat
miskin Indonesia tidak akan seperti yang kita lihat saat ini.
Kembali ke topic nuansa ramadhan
yang baru saja kita jalani, coba kita renungkan sejenak, mengapa veteran
veteran ramadhan ini yang sudah puluhan kali merasakan datangnya bulan
ramadhan, terjebak ke dalam situasi yang mengkondisikan seseorang malah
cenderung lebih tidak produktif. Bayangkan saja, contoh rill yang kita hadapi
di negara ini dimana perkantoran memangkas jam kantor, suasana kota sepi saat
pagi dan siang, dan sangat ramai saat petang karena semua orang rakus berburu
makanan untuk berbuka puasa.
Hal yang juga
memprihatinkan adalah masyarakat Indonesia banyak yang
seolah mewajibkan diri sendiri untuk berpakaian serba
baru, mobil baru, rumah baru, dan bahkan isteri baru, Seolah –olah idul fitri
yang artinya kembali suci ini harus diikuti dengan hal yang baru –baru. Padahal
makna sesungguhnya yang rasulullah ajarkan tentang ramadhan bukan lah itu.
Korelasi atas fakta
di atas adalah pemerintah membuat
aturan yang mewajibkan THR untuk masyarakat yang
merayakannya, entah siapa lagi negara selain Indonesia yang menerapkan hal
serupa. Namun kita pasti akan tau bahwa THR yang digelontorkan Triliunan rupiah
itu akan diikuti dengan inflasi yang cukup tinggi, hal itu mengapa bukan rahasia jika barang-barang
di pasaran selalu naik menjelang puasa dan lebaran.
Thr yang selama ini diberikan pemberi kerja bukanlah solusi atas
kesejahteraan yang diinginkan oleh pekerja. Mengapa? Karena sebagian besar THR
itu hanya habis untuk keperluan – keperluan melawan inflasi yang terjadi pada
bulan puasa dan lebaran tiba. Kebutuhan yang dipenuhi juga bukanlah hal yang
sifatnya permanen, seperti fix asset atau investasi, masyarakat malah
menggunakan habis THR tersebut untuk keperluan yang sifatnya hanya biaya dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kembali terjadi
“lingkaran setan” pada kasus THR-Lebaran-Harga Naik. Ini 3 unsur yang pasti
terjadi dan berulang-ulang terjadi. Mengapa? Mari kita urai satu per satu kenapa
hal ini terjadi namun dianggap bukan masalah besar bagi negara apalagi
masyarakatnya.
Pertama yang saya
mau bahas adalah THR. THR adalah efek dari adanya permintaan berlebih seluruh
umat yang merayakan lebaran. Sehingga disepakati dan dirumuskan bahwa adanya
keharusan yang diberikan pemberi kerja kepada penerima kerja. Dalam case ini
THR merupakan solusi bagi pemenuhan
permintaan tersebut. Namun, Tidak sampai disitu, mari kita
pelajari siklus selanjutnya.
Kedua dengan
dipenuhinya THR tersebut, maka orang automatis orang akan berbelanja konsumsi lebih banyak dari yang biasanya, hal ini pasti
memicu inflasi yang mendorong kenaikan harga di pasaran. Sehingga harga pun
naik seiring dengan permintaan tersebut. Yang perlu digarisbawahi disini adalah THR ini hanya menambah konsumsi
masyarakat (Qty). Namun kualitas pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak
terpenuhi, seperti konsumsi investasi atau konsumsi fix asset.
Dari 2 hal di atas,
dapat kita simpulkan bahwa tanpa kita sadari kerakusan yang tidak
dianjurkan sedang kita lakukan
bersama-sama yang dilakukan secara
masiv dan terstruktur. Ada orang dan kekuatan besar yang sengaja mengkondisikan
hal ini, sehingga umat islam sendiri tidak tahu makna sesungguhnya dari
berpuasa selain menahan lapar dan haus.
Perlu diingat,
dipahami, direnungkan bahwa banyak sekali ajaran Allah yang menggambarkan kemenangan muslim
justru malah terkadi di bulan ramadhan, Rasul sendiri memenangkan perang badar dengan pasukan 1/3 pasukan musuh juga di
bulan Ramadhan, termasuk peristiwa
di jajahnya bangsa Indonesia selama 3.5 abad lebih yang pada akhirnya diakhiri
pada 17 Agustus 1945 yang juga merupakan bulan Ramadhan. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari
peristiwa seperti ini?
Perlu diketahui
pembaca bahwa setiap manusia memiliki zat endorfin dalam tubuh, zat itu adalah “narkoba alami” yang dihasilkan oleh
tubuh ketika jasmani manusia mengalami kondisi yang amat sangat sulit. Bukan
tanpa sebab Tuhan menciptakan makhluk yang bernama endorfin tersebut, namun
untuk diketahui bersama, bahwa endorfinlah yang banyak merubah dunia ini untuk
bisa menjadi seperti sekarang.
Pernah juga digambarkan
bagaimana kekejaman hitler pada zaman perang dunia ke 2. Dimana terdapat kekuatan militer yang
saling berperang, salah satunya adalah kekuatan Germany sebagai sekutu melawan
kekuatan Rusia dan China sebagai komunis. Saat itu Hitler
menciptakan kondisi yang sangat sulit bagi prajurit-prajuritnya sehingga mereka mau tidak mau
berfikir sampe titik dimana
manusia menggunakan kemampuan terbaiknya untuk mempertahankan hidup. Dalam
titik inilah manusia akan menjadi sangat luar biasa dan bahkan kadang terjadi
hal hal diluar logika.
Sungguh Allah
sebenernya telah mengkondisikan bulan penuh rahmat ini agar menjadi batu
loncatan umat islam dalam menghadapi kehidupan 11 bulan lainnya, namun pengaruh
budaya non islami merusak nilai luhur ramadhan itu sendiri.
Disini terlihat
betapa zaman sudah merubah budaya muslim yang sesungguhnya, disaat ramadhan
mengajarkan kita hidup dengan penuh efisiensi, efektif, dan ekonomis. Budaya
masyarakat sekarang justru malah membuat seolah-olah raamadhan adalah ajang
hura-hura. Acara berbuka puasa yang rekat dengan pemborosan dan hura-hura,
hiburan televisi disetiap channel saat sahur. Dan program-program lainnya yang
melekat pada budaya masyarakat Indonesia yang bukanlah murni seperti yang
diajarkan oleh nabi.
Pada hakikatnya
bulan yang penuh rahmat ini adalah bulan efisiensi manusia untuk bisa tetap
menerapkan efisiensi disebelas bulan lainnya, namun pembelajaran ini sangat
ditakutkan oleh musuh2 islam karena terbukti banyak tragedi besar yang terjadi
saat bulan ramadhan. Untuk itu perlahan ramadhan diubah maknanya dari hakikat
sesungguhnya.
Dalam hal kehidupan
sehari hari hendaknya hikmah ini bisa juga kita bawa dan terapkan, perusahaan
yang sedang mengalami stuck atau kemunduran, salah satu solusi yang bisa diambil
ialah efisiensi, efektif dan ekonomis. Dengan menerapkan sistem yang diajarkan
oleh sang maha pemilik alam semesta, maka saya yakin perusahaan manapun, jenis
apapun, jika menerapkan 3E ini pasti akan berhasil melewati masa panceklik yang
setiap bulannya kita rasakan, yakni puasa.
Tak luput saya
ingatkan bahwa disaat puasa, kita malah diwajibkan zakat fitrah. Sungguh bukan
agama islam jika tanpa ada perintah tanpa alasan yang logis dan pantas. Dengan
dikaitkan oleh ayat-ayat lain dalam al’quran, hal ini sangat relvan dengan
kondisi yang sedang dirasakan oleh setiap orang berpuasa. Mengapa?
Disaat kita
melakukan 3E efisien,ekonomis dan efektif maka buah dari hal tersebut adalah
sisa uang yang bisa kita saving baik pribadi atau perusahaan. Namun disini
ujian yang Allah suruh tak hanya sampai disitu, kita disuruh menginvestasikan
kelebihan dana yang kita miliki tadi dalam bentuk zakat. Barulah kemenangan
besar akan kita dapatkan seusai melewati rangkaian ujian yang Allah berikan
untuk setiap umatnya.
Sehingga jika boleh
saya simpulkan skema lebaran adalah sebagai berikut :
Pertama kita
disuruh efisien, (puasa) mengurangi porsi kita yang biasa kita lakukan atau
konsumsi, dari sisi waktu yang kita pakai untuk puasa yakni kurang lebih 12 jam
dalam sehari, yaitu setengah dari waktu kita 24 jam. Jadi jika konsumsi kita
pada hari biasa 50.000 sehari, maka dalam bulan puasa harus terpangkas minimal
50%nya yaitu 25.000 sehari.
Kedua, (diluar THR)
sisa 25.000 sehari itu dikumpulkan selama 30 hari sehingga didapat sekitaar
750.000 yang dibuatkan modal kita untuk zakat fitrah kita sebagai umat muslim
yang beriman.
Ketiga, barulah
pada saat 1 syawal, kita fitri. Ketika dimana efisiensi telah dilaksanakan
dengan baik dan berkesinambungan. Bagi manusia manusia beriman, tinggal
menunggu saat dimana Allah akan memberikan kejutan yang berlipat ganda kepada
hambanya yang melaksanakan perintahnya.
Hal ini tentu sama
dengan skema perusahaan yang ingin melakukan efisiensi dan investasi dimana,
efisiensi yang dilakukan, dikumpulkan dan diinvestasikan. Sehingga buah dari
hasil investasi itu akan dinikmati secara berkelanjutan.
Seperti kata
pepatah, Efisiensi adalah sumber dari Investasi. Maka perlu disikapi betul bagaimana Allah SWT menuntun
kita agar memiliki jiwa-jiwa yang penuh dengan semangat juang yang tinggi.
Tidak boleh kalah dengan warga atheis yang berhasil melakukan 3E sampai
berhasil seperti China yang sudah sangat berkembang seperti sekarang yang
merupaka dampak dari efisiensi dan investasi yang berkepanjangan.
Tidak ada komentar: