Day 3. Science Museum, History museum, Kowloon Mosque, Zoo Logical and Botanical Garden

Rabu pagi yang cerah ini, kami awali hidup dengan bermunajat kepada Allah. Beribu kali mengucap syukur atas keberkahannya yang tidak ternilai harganya. Angin sepoi2 dan matahari yang mulai menampakkan mentarinya juga turut serta kami syukuri. Betapa adilnya Allah ketika hambanya yang biasa tiap pagi harus bekerja keras mencari nafkah, kini dapat merasakan bangun pagi tanpa harus memikirkan untuk rutinitas sehari2 yang cukup membosankan tersebut.

Khusus Rabu pagi ini, kami tidak terlalu sibuk seperti hari2 lain. Karena rencana perjalanan hari ini hanya seputar dalam kota Hongkong. Tidak ada yang memiliki jam tertentu yang harus dipenuhi, dan tidak ada kewajiban harus jam berapa sampai kembali ke hotel untuk istirahat.

Bisa dibilang hari tenang setelah kemarin seharian harus berjibaku dengan Macau, dan esok harus dengan Disney. Sengaja kami selipkan hari yang tidak padat diantara hari yang padat. Juga untuk merefresh tubuh kami agar tidak terlalu kelelahan dalam traveling kali ini yang penuh tantangan


Langsung saja. Kencangkan ikat pinggang dan tali sepatu. Karena hari ini kita akan bnyak mengunakan transportasi kaki. Betis akan sedikit lebih berbentuk ketika malam selesai seharian menjalani perjalanan di kota Hongkong. Perut juga akan lebih tipis dibandingkan hari2 sebelumnya. 

Tujuan pertama kami adalah Museum of Science. Musium yang berguna untuk pengetahuan anak usia dini 3-10 tahun. Kalo kami lebih setuju menyebut museum ini adalah sebuah lab. Lab elektro, lab fisika, dll. Karena banyak sekali alat peraga yang bisa dengan bebas kita mainkan untuk mengupas tuntas pertanyaan anak2 yang mungkin tidak dapat terbendung oleh kemampuan orangtuanya.

Dari hotel cukup berjalan ke Utara (kanan) dan menelusuri jalan Nathan Road, kemudian ambil arah kanan (Timur) menuju Jalan Granville Road. Setelah menyebrangi Jalan Chatham Road melalui JPO anda langsung ambil arah serong kiri untuk langsung masuk ke kawasan Museum of Sciend dan History of Museum.

Karena kami tidak terlalu suka sejarah, yasudah lebih baik kita ke Science of Museum terlebih dahulu. Untuk yang membawa stroller, bisa langsung menitipkannya di depan pintu masuk. Memang disediakan penitipan dan lengkap dengan penjaganya. Namun belakangan kami tau bahwa stroller boleh masuk hingga ke atas. 

Khusus untuk hari Rabu, tempat tempat seperti ini di Hongkong digratiskan. Memang enak dan sangat menyenangkan, tapi konsekuensinya ya bisa ditebak sendiri. Seluruh touris macem kami dan warga lokal yang kantongnya pas pasan akan memburu hal yang sama. Sehingga keadaannya cukup padat. Tidak seperti hari2 biasanya yang katanya jauh lebih santai dan relatif lebih sepi.

Namun tidak masalah, karena ternyata warga Hongkong cukup maju dan memiliki sifat santun yang baik. Terbayang oleh kami jika fasilitas sebagus itu ada di Jakarta dan di gratiskan... Sudah pasti akan banyak yang dibawa pulang dan somplak oleh tangan2 yang tidak mengerti keindahan fasilitas umum.

Walaupun terlihat mainannya sudah tua dan renta, tapi tidak ada satupun wahana yang tidak berfungsi. Semua dijaga dengan baik dan tertata rapih. Tidak ada wahana yang tiba2 mainannya hilang walaupun tidak ada tali atau rantai yang mengikatnya. Kemungkinannya 2. yaitu : Mereka membuat bahan2 peraga dengan built quality yang sangat bagus dengan harga yang mahal sehingga awet dan tahan lama atau sifat warga mereka yang juga memiliki kesantunan terhadap barang (menjaga dan merasa memiliki). Kami belum bisa prediksi hal itu secara pasti. Karena kami tidak lama tinggal di Hongkong untuk cukup menilai sifat dan karakter warga mereka.

Setelah puas kepo dengan alat2 peraga ini yang seharusnya kami mainkan 15 tahun yang lalu. Kami lanjut ke Museum sebelah. Yaitu History of Museum. Museum yang secara apik dibuat untuk mengingat sejarah Hongkong dijajah oleh Inggris. Bagaimana China dahulu menyerahkan Hongkong karena terpaksa membarter dengan bnyak komoditas yang China perlukan untuk ekonominya, namun China belum dapat menghasilkan apa2 kalla itu. Inggris yang dengan "sengaja" membuat China menumpuk hutangnya lalu tidak memiliki pilihan lain selain menuruti permintaan Inggris..

Mungkin cara itu juga yang China lalukan kepada Zimbabwe yang katanya sekarang sudah memakai Yuan. Bagaimana dengan Indonesia?? Cukup kuatkan Rupiah melawan Yuan yang makin lama makin besar tingkat ketergantungan kita terhadap Yuan??

Setelah puas dengan 2 Museum itu, kami kembali ke daerah Nathan Road untuk shalat Zuhur di Kowloon Mosque. Melewati Cameron Road kami tertarik dengan Mangga2an yang hits dimana2. Enak sekali namun terlalu manis untuk ukuran kami. 





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.