Covid - 19
Virus yang awalnya diremehkan oleh banyak orang, ternyata sudah menghabisi nyawa lebih dari 22 ribu manusia.
Indonesia sendiri per hari ini sudah 893 kasus positif dan 78 orang sudah meninggal dunia.
Tanpa mendahului siapapun, angka ini rasanya memang sangat jauh dari puncak, melihat hingga saat tulisan ini saya tulis, pemerintah masih membuka akses keluar masuk International, dan belum adanya aturan tegas mengenai pemberlakuan stay at home.
Virus ini pertama kali saya dengar dari bacaan wajib setiap pagi. Bangun tidur, buka hp, pasti aplikasi yang saya buka pertama adalah Instagram. Disana ada story Bapak Dahlan Iskan yang sudah 2 tahun ini selalu menulis 1 judul 1 hari di laman pribadinya yaitu disway.id
Virus ini memang terlihat sangat serius... Di China saat itu, kehebohan itu belum sampai di Indonesia. Kehebohan itu masih ditolak mentah2 oleh banyak kalangan di Indonesia. Termasuk kalangan medis.
Saya masih ingat, saya adalah orang pertama yang ke kantor menggunakan masker,. dan saya pula orang pertama yang sudah sadar hal ini akan berdampak kepada pariwisata secara Nasional bahkan International.
Saya ingat, pada saat saya sendiri menggunakan masker saat itu. Orang menganggap saya aneh, bahkan saya dipertanyakan, apakah saya sedang sehat atau tidak.
Saya juga orang yang ditolak mentah2 pendpatnya oleh Shareholders, akibat dari penurunan proyeksi sales yang saya presentasikan.
Pada saat itu, semua orang bilang, Pertama,. itukan China, tidak mungkin berdampak ke Indonesia. Kedua, market kita bukan China, orang lokal masih akan terus traveling.
Ternyata saya salah total, proyeksi penurunan pendapatan yang saya turunkan hanya 20-30% ternyata saat ini nyaris harus diturunkan seluruhnya. Alias Nol.
Market lokal yang kita harapkan pun sirna. Ketika kondisi global tidak sehat dan Indonesia sedang berjuang melawan virus tersebut.
Saya juga orang yang dipertanyakan, saat saya justru ingin merampingkan bisnis, saat semua orang bilang optimis, pasti bisa. Dan hari ini saya belajar, dengarkan kata hati lebih penting daripada apapun juga.
Terlebih hati ini sudah dimandatkan amanah yang tidak kecil. Sehingga, ketika hati ini terkoneksi langsung dengan sang maha pemberi informasi. Jangan ragukan lagi, cepat terima dan jadikan keputusan.
Memang dalam banyak hal diskusi dan musyawarah dapat menyelesaikan pendapat. Tapi di banyak kasus kepemimpinan, justru kediktaktoran lah yang membuat sebuah kepemimpinan bisa dinilai efektif.
Jika ditanya saya lebih cenderung ke arah mana? Saya lebih memilih untuk diktaktor. Karena saya yakin suara Alam yang dititipkan lewat hati yang luas ini, belum tentu dibisikkan juga ke lawan2 diskusi kita.
Yang terpenting adalah kepercayaannya, bukan caranya, apalagi hasilnya. Ketika sebuah kepercayaan sudah diberikan, biarlah hati nurani menjadi nahkoda dalam mengambil semua keputusan.
Walaupun ga ada satupun orang yang membantah saya dahulu kala itu mengakui kesalahannya, tapi mereka minimal mengakui cara berfikir saya. Baik pengakuan langsung maupun tidak.
Jadi, ketika sebuah pemikiran yang datang dari semesta, ikutilah. Karena,seberat apapun orang yang tidak setuju. Anggaplah itu sebuah keberkahan, karena Tuhan menitipkan informasi itu terlebih dahulu kepada kita dibanding orang lain.
Sekarang, keyakinan saya terhadap wabah ini memang tidak akan lama lagi akan segera menemui fase puncak. Kemudian, curva selanjutnya akan melandai dan cenderung lebih strong.
Banyak spekulan yang menganggap ini akan berlarut2 dan berkepanjangan. Kita belum tahu jawabannya.
Yang bisa kita lakukan adalah memprediksi, seakurat mungkin, dengan data selengkap mungkin.
Kautsar Azima
Gianyar 27 Maret 2020
Indonesia sendiri per hari ini sudah 893 kasus positif dan 78 orang sudah meninggal dunia.
Tanpa mendahului siapapun, angka ini rasanya memang sangat jauh dari puncak, melihat hingga saat tulisan ini saya tulis, pemerintah masih membuka akses keluar masuk International, dan belum adanya aturan tegas mengenai pemberlakuan stay at home.
Virus ini pertama kali saya dengar dari bacaan wajib setiap pagi. Bangun tidur, buka hp, pasti aplikasi yang saya buka pertama adalah Instagram. Disana ada story Bapak Dahlan Iskan yang sudah 2 tahun ini selalu menulis 1 judul 1 hari di laman pribadinya yaitu disway.id
Virus ini memang terlihat sangat serius... Di China saat itu, kehebohan itu belum sampai di Indonesia. Kehebohan itu masih ditolak mentah2 oleh banyak kalangan di Indonesia. Termasuk kalangan medis.
Saya masih ingat, saya adalah orang pertama yang ke kantor menggunakan masker,. dan saya pula orang pertama yang sudah sadar hal ini akan berdampak kepada pariwisata secara Nasional bahkan International.
Saya ingat, pada saat saya sendiri menggunakan masker saat itu. Orang menganggap saya aneh, bahkan saya dipertanyakan, apakah saya sedang sehat atau tidak.
Saya juga orang yang ditolak mentah2 pendpatnya oleh Shareholders, akibat dari penurunan proyeksi sales yang saya presentasikan.
Pada saat itu, semua orang bilang, Pertama,. itukan China, tidak mungkin berdampak ke Indonesia. Kedua, market kita bukan China, orang lokal masih akan terus traveling.
Ternyata saya salah total, proyeksi penurunan pendapatan yang saya turunkan hanya 20-30% ternyata saat ini nyaris harus diturunkan seluruhnya. Alias Nol.
Market lokal yang kita harapkan pun sirna. Ketika kondisi global tidak sehat dan Indonesia sedang berjuang melawan virus tersebut.
Saya juga orang yang dipertanyakan, saat saya justru ingin merampingkan bisnis, saat semua orang bilang optimis, pasti bisa. Dan hari ini saya belajar, dengarkan kata hati lebih penting daripada apapun juga.
Terlebih hati ini sudah dimandatkan amanah yang tidak kecil. Sehingga, ketika hati ini terkoneksi langsung dengan sang maha pemberi informasi. Jangan ragukan lagi, cepat terima dan jadikan keputusan.
Memang dalam banyak hal diskusi dan musyawarah dapat menyelesaikan pendapat. Tapi di banyak kasus kepemimpinan, justru kediktaktoran lah yang membuat sebuah kepemimpinan bisa dinilai efektif.
Jika ditanya saya lebih cenderung ke arah mana? Saya lebih memilih untuk diktaktor. Karena saya yakin suara Alam yang dititipkan lewat hati yang luas ini, belum tentu dibisikkan juga ke lawan2 diskusi kita.
Yang terpenting adalah kepercayaannya, bukan caranya, apalagi hasilnya. Ketika sebuah kepercayaan sudah diberikan, biarlah hati nurani menjadi nahkoda dalam mengambil semua keputusan.
Walaupun ga ada satupun orang yang membantah saya dahulu kala itu mengakui kesalahannya, tapi mereka minimal mengakui cara berfikir saya. Baik pengakuan langsung maupun tidak.
Jadi, ketika sebuah pemikiran yang datang dari semesta, ikutilah. Karena,seberat apapun orang yang tidak setuju. Anggaplah itu sebuah keberkahan, karena Tuhan menitipkan informasi itu terlebih dahulu kepada kita dibanding orang lain.
Sekarang, keyakinan saya terhadap wabah ini memang tidak akan lama lagi akan segera menemui fase puncak. Kemudian, curva selanjutnya akan melandai dan cenderung lebih strong.
Banyak spekulan yang menganggap ini akan berlarut2 dan berkepanjangan. Kita belum tahu jawabannya.
Yang bisa kita lakukan adalah memprediksi, seakurat mungkin, dengan data selengkap mungkin.
Kautsar Azima
Gianyar 27 Maret 2020
Tidak ada komentar: