Belajar jualan hingga menjadi kaskuser

 

Bali

13 September 2021



Tahun 2011 adalah tahun terakhir saya "merasa" kekurangan uang. Alhamdulillah rezeki terus ada dan mengalir sampai sekarang. Kiat suksesnya memang 100% adalah sedekah. Tapi yang mau saya bagikan di sini adalah prosesnya.


Cerita ini insya Allah bukan karena kesombongan atau karena riya. Saya sebagai murid merasa ikut bertanggung jawab apabila ada Guru kita yang difitnah bertubi2. Apapun alasannya. Bahkan aibnya pun saya doakan untuk tidak perlu saya ketahui karena saya adalah muridnya.


Ustad Yusuf Mansur sering difitnah karena buat cerita-cerita fiktif atas kesuksesan sedekah. Nah ini saya mau share, dimana cerita ini bukanlah fiktif, dan saya 1000% mengalami sedekah benar benar mengantarkan saya ke puncak kesuksesan yang relatif di usia muda.


Pecah telor saya adalah mejual sepatu di laman online yang saat ini sudah mulai tidak terkenal. Kaskus adalah tempat saya berjualan pertama.

Dari kisah kaca mata saya yang pecah sebelah itu, saya beranikan diri untuk memposting barang yang available di gudang tersebut. Dengan foto seadanya menggunakan handphone BB saya saat itu.


Hari pertama posting, besok langsung laku dan kebetulan match. Untuk yang belum tau susahnya jualan sepatu adalah, tiap model memiliki warna dan size yang beragam. Sehingga apabila match, rasa syukur tidak lupa selalu saya haturkan kepada Allah swt, karena atas izinnya transaksi ini bisa terjadi.

Saya ingat barang yang pertama laku adalah sepatu cowok, warna hitam, bahan canvas. Modal saya 150 saya jual 270. Karena akun saya saat itu belum terlalu trusted, pembeli minta untuk COD dibawah JPO depan kapolda metro jaya Jl Sudirman Jakarta.


Clenggg, duit saya bertambah 120 ribu di hari itu. Senyum sumringah tidak berhenti sampai saya kembali pulang ke rumah. Duit sejumlah itu sungguh amat sangat besar bagi saya. Karena saya sering bertahan hidup dengan 50 ribu untuk 10 hari sisa menunggu uang bulanan yang dikasi oleh orang tua.

Kebayang, uang 120 ribu itu pasti punya arti yang berbeda apabila 120 saya harus minta tambahan uang karena uang saya sudah habis, dan itupun biasanya dikirimnya 2-3 hari setelah saya minta.


Itu ternyata bukan yang terakhir, sama sekali bukan. Bahkan 3 tahun saya berjualan sepatu itu, saya sudah bisa beli tanah 2300 M2 di Bogor, beli motor, beli handphone dan ipad, serta jalan2 ke berbagai negara tanpa bantuan uang orangtua sedikitpun.

Yang saya mau highlight adalah, kisah ini diraih bukan karena saya pintar di bangku kuliah, bukan juga karena saya mencari cari ingin berbisnis. Semua (tangan dan kaki) saya digerakkan oleh Allah untuk ke kehidupan yang lebih baik.


Allah yang memcahkan sebelah lensa kaca mata saya saat itikaf, Allah juga yang mengantarkan saya ke tempat dimana gudang barang bagus berkualitas itu sangat dicari orang. Allah juga yang memberikan saya kekuatan untuk berjualan di Kaskus. Semua Allah. Seperti ada yang menjalankan, seperti juga ada yang mengarahkan.


Saya termasuk orang yang seperti Pak Ustad YM.. saya percaya banget itu bukan manusia, bisa aja itu malaikat Allah yang menjelma manusia.


Dalam perjalanan jualan itu, saya juga sering sekali meng-nol kan saldo. Biasanya 2 moment yang bikin saya senang sekali meng nol kan saldo. 

Pertama, biasanya saat saya punya hajat, duitnya udah cukup, tp kalo saya belanjakan semua, habis tak bersisa. Saya pengennya hajat terpenuhi tp uang saya masih utuh... Nah biasanya moment seperti itu saya sikat meng enolkan saldo


Kedua, pada saat sulit, pada saat orderan sepi, saat pengiriman sedang ada kendala, atau saat saya diomelim pembeli karena barang yang mereka pesan salah. 

Proses demi Proses itu saya nikmati sekali, disaat saldo udah nol biasanya langsung ada bantuan Malaikat. Orang bilangnya itu kebetulan, saya tidak. Saya percaya betul itu adalah buah manis dari sedekah sedekah saya.


Contohnya seperti,tau tau besoknya ada orderan berkarung2 bernilai puluhan juta rupiah, atau orang yang tadinya marah-marah karena salah size atau warna, malah pesan lagi. Yang salah tadi dikasihkan ke teman atau saudaranya. Hal itu sering sekali, ratusan kali. 

Demi Allah ini bukan cerita fiktif, buat yang bilang UYM suka cerita fiktif. Saya saksi hidup orang yang mengamalkan cara UYM sedekah dan berhasil.


Dari segi bisnis dan pemasaran, saya selalu melayani pelanggan dengan full service. Banyak yang bilang saya terlalu baik karena bisa retur, free ongkir, dan saya tidak segan-segan mengratiskan produk apabila saya merasa ada pelanggan setia dan selalu beli melalui saya.

Hal itu saya lakukan bukan karena margin saya tinggi, tapi saya benar benar boncos kalau itu terjadi. Tapi prinsip saya, setiap jualan selain siap untung harus siap rugi dong... Makanya saya tidak segan segan boncos, dan saya bukan tipe pedagang yang narik otot berdebat apabila ada komplain / kerusakan barang. 

Didetik pertama ada complain saya langsung iyakan dan siap bertanggung jawab.


Saya tidak tau belajar dimana untuk hal tersebut, cuma yang saya rasakan, apabila kita berani rugi, dagang pun terasa lebih bahagia dan berkah.

Disisi lain mungkin juga karena saya tidak mengejar saldo tertentu untuk dikumpulkan, saya dengan ringan untuk melakukan hal hal tersebut yang tentu saja tidak menguntungkan secara uang. Toh pada saat uang terkumpulpun sering sekali saya habiskan lagi. Bagi saya saat itu, asal saya masih bisa jualan saja itu sudah sangat bernilai harganya.


Digudang penjualan, saya juga dikenal baik. Reseller setia yang belanjanya selalu banyak. Mereka sangat percaya sama orderan saya. Sampai saya bisa mendapatkan harga khusus dan orderan saya selalu diprioritaskan.

Bahkan suatu waktu apabila hujan dan saya tidak bisa ke sana, mereka dengan senang hati membantu saya mengirimkan barang tersebut langsung ke pembeli. (dropship).

Kalau ada barang tinggal satu, yang itu merupakan orderan saya, pasti saya didahulukan. Dan dengan harga yang lebih murah dibanding dengan reseller lain.


cerita ini rangkuman dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Tahun yang cukup padat, bahagia, merubah nasip, dan menjadi bekal mahal untuk perjalanan karir saya seterusnya.

Waktu terus berjalan, kuliah saya pun selesai. Untuk pertama kalinya saya menghadapi keputusan besar dalam hidup. Apakah lanjut untuk berdagang, atau saya bekerja mencari pengalaman?..



Bersambung..... 




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.