Arsitek adalah seorang Ayah
Tulisan ini terinspirasi saat saya stay di sebuah desa. Bukan sembarang desa.. Tapi Desa ini adalah Desa yang menjadi salah satu destinasi wajib setiap orang ke Bali. Desa yang sangat indah terletak disalah satu lokasi terbaik di Indonesia.
Letaknya diapit oleh 2 Hotel berbintang kelas dunia. W hotel dan Alilla Seminyak. Lokasinya tentu saja di Seminyak.
23 Oktober 2021
(Semua tulisan ini adalah Opini Pribadi)
Bingung mau staycation kemana lagi, akhirnya kami memutuskan untuk coba staycation di saudara tiri Hotel Titik Dua Ubud. Kenapa saudara tiri?
Setiap sebuah bangunan dilahirkan dari seorang arsitek,
Garis dan titik dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya yang luar biasa. Ayah dari sebuah bangunan saya bisa bilang bersal dari seorang arsitek. Ayah lah yang membentuk karakter setiap orang, melukiskan garis wajah sang anak, dan mewarisi sifat - sifat dasar dari kehebatan karakter seorang ayah.
Lalu bagaimana dengan Ibu?
Ibu melahirkan seorang anak, sipil melahirkan sebuah bangunan. Bagus tidaknya anak, akan sangat dominan dari sebagus dan dominan apa sang Ayah…
Ya memang, Ibu yang baik, cantik juga pasti akan membentuk anak, tp tentu saja tidak sebesar peran sang Ayah yang lebih dulu membawa bibit ide dari sebuah mahakarya.
Karya seorang Ayah bisa dilahirkan dari rahim siapapun, tentu saja, kesehatan, kecerdasan sang Ibu juga sangat berpengaruh pada sebuah karya.
Terlepas dari semua opini saya di atas, saya mau menceritakan sedikit benang merah antara Desa Potato dengan Titik Dua.
2 hotel ini berasal dari genetik genius seorang arsitek legend di Indonesia. Andra Matin.
Khas bangunan yang ramah lingkungan terdapat di kedua hotel ini. Banyak area terbuka, sentuhan elemen alami, dan warna yang natural.
Koridor yang sama-sama tidak tertutup. Luasan kamar yang sempit, dan ornamen -ornamen sentuhan / aksen penghijauan yang sama sekali tidak membosankan.
Software yang ada di hotelnya pun masih ada benang merahnya. Mengusung tema activity yang disesuaikan dengan kekuatan masing masing tempat hotel berada.
Desa Potato Head berada pantai Seminyak yang sangat bagus. Pasirnya putih, landai, dan ombaknya cukup besar.
Titik Dua berada di kawasan Ubud, hijau, ada sungai dan pemandangan seperti hutan. Khas hotel yang berada di Ubud pada umumnya.
Keduanya memiliki kekuatannya masing-masing. Bagi orang yang suka Potato Head, kayaknya hampir pasti juga suka Titik Dua. Sebaliknya juga seperti itu.
Terlepas dari seluruh kesamaanya tadi. Saya juga melihat adanya perbedaan dari kedua hotel ini. Titik Dua diibaratkan dilahirkan saat sang Ayah sedang bersama istri pertama.
Rumah masih kontrak, mobil belum punya, kerja juga masih gaji UMR sehingga semua serba sederhana. Jelek? belum tentu. Keharmonisan keluarga ayah, ibu dan anak membuat jutaan masalah besar bisa diselesaikan.
Hampir setiap keluarga memulai start dari titik tersebut. Ada yang sukses dan berkembang. Ada juga yang memilih untuk tetap sederhana. Karena kebahagiaan dan kesuksesan masing masing orang berbeda.
Desa Potato Head adalah anak dari seorang ayah yang sudah mature. Kalau harus dipaksa memakai nama ‘Desa’, tentu saja orang yang tinggal di desa setelah sukses di Kota. Pabriknya buka cabang, karayawannya ribuan, dan penghasilannya sudah lebih dari cukup.
Potato Head juga merupakan hotel yang satu Ayah dengan Titik Dua, tapi beda Ibu, atau Ibunya sama tapi sudah berbeda saat melahirkan Titik Dua . Ibu ibu yang sudah menjadi Ibu sosialita. Tidak mau lagi diajak naik ekonomi class. Apalagi naik motor.
Kedua keluarga ini memang satu Bapak, tapi berbeda ‘ibu’. Masing - masing punya kebahagiannya. Tidak ada yang baik atau unggul di salah satu pihak.
Saya bisa ibaratkan kalau kita pergi ke Titik Dua seperti kita bertamu di rumah keluarga yang sederhana tp bahagia. Sedangkan Potato Head adalah seperti kita bertamu ke keluarga kaya yang juga rendah hati,.
Salam
Tidak ada komentar: