Arsitek Lagi

Bismillah

Tulisan pertama 2023


Bekerja di dunia property tentu saja harus tidak boleh alergi sama tukang dan bangunan. Harus sudah biasa sama istilah-istilah arsitek. Harus bisa membaca pikiran tukang apabila ia belum bisa mengerti apa maksud dari gambar yang dibuat tersebut.


Dari yang awalnya cuma iseng - iseng melihat. Menjadi mengerti. 

Yang sudah mengerti, lama-lama bisa ngajari.

Setelah keseringan mengajari, kok ada rasa kepingin coba ngedesign sendiri.


Mungkin apabila sudah berhasil seperti itu, saya akan jadi arsitek jadi - jadian. Diukir oleh pengalaman dan keingintahuan. Hasilnya akan bagus atau tidak? biar market yang akan menilai. 


Sebelum menjadi arsitek jadi - jadian, saya sudah juga menjadi arsitek keuangan. Bukan lagi mencatat seperti akunting yang hafal jurnal harus dipost ke COA apa. Namun lebih kepada skema-skema bisnis yang bisa lebih efisien dan menguntungkan.


Namun, sejenius apapun skema yang saya buat, masih perlu satu lagi bantuan. Bantuan relasi. Bantuan orang yang bisa percaya bahwa skema ini akan jalan. Bantuan stakeholder yang terlibat. Yang akan mewujudkan skema ini bisa jalan.



Mengapa penting? Banyak bisnis gagal karena satu pihak hanya “dimanfaatkan” di dalam ketidak tahuan sebuah skema yang sedang dijalankan. Ia masuk dalam stakeholder, namun skema utama yang mau dijalankan tidak sepenuhnya diketahui oleh pebisnis ini. 


Disitu mengapa, betapapun hebatnya anda berbisnis, masih ada chance untuk anda tertipu oleh rekan bisnis anda. Cukup diingat. Itu bukan ketipu, cuma anda berada di luar skema yang sedang mereka jalankan.



Di dalam menggambar sebuah skema, sang arsitek biasanya hanya mengetahui sendiri bagaimana gambar kerja utamanya. Kemudian sang Mandor dapat bocoran gambaran detailnya. Lalu sang Tukang dibocorkan cara kerjanya. 


Begitupula skema arsitek keuangan. Arsitek jenius tidak mungkin mau membocorkan rahasia-rahasia utama yang ia gambar. Ia mengatur sedemikian rupa agar skema ini bisa jalan. Tidak jarang, rekayasa arsitektur harus disematkan demi memuluskan sang maha karya yang sudah digambarkan tersebut.



Untuk melawan bandit kelas kakap seperti ini memang tidak mudah. Selain berpengalaman, senyum manis negosiasi sering membuat pebisnis lugu tidak tahu sedang dimanfaatkan. Bahkan tidak jarang yang malah senang. Walaupun posisi sedang ditindas lawan. Itulah kekuatan. Kekuatan pola pikir arsitek. Kekuatan negosiasi. Kekuatan yang tidak berbentuk otot, tapi pikiran. Kekuatan yang bisa membuat penghuni di dalamnya tidak tau 100% apa yang ada disekitarnya.


Terakhir, sang arsitek yang seperti itu kadang masih ada juga yang mempunyai “Akhlak”. Akhlak lah penentu apakah dikemudian hari ia masih bisa menggambar karyanya atau tidak. Apa yang dimaksud “Akhlak”?


Akhlak dalam hal ini adalah, dimana gambar arsitek tadi sudah berhasil dan sesuai plan. Maka sang arsitek akan panen raya. Hasil yang digaruk dari hasil skema skema tadi tidak bisa disepelekan. Apalagi yang sudah berpengalaman. 


Oleh sebab itu setelah semua ini berhasil dan panen raya datang, maka sang arsitek akan menjadi seseorang yang super dermawan. Tiba-tiba ia menjadi penolong di banyak hal, membangun tempat-tempat ibadah, panti dan membantu memberangkatkan umroh, haji dll. Itulah arsitek.



Perlu diingat, kedermawanan tadi hanya sepersekian mili dari hasil rampokan yang ia dapat dari skema yang telah ia buat. Legal? sudah pasti legal… Halal? Wallahualam.










Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.