Hilang HP di Makkah
2018
(Malam ke 21 Ramadhan)
Waktu saya umrah pada tahun 2018 di 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Perjalanan menuju Makkah masih ditempuh dengan menggunakan bus.
Perjalanan masih ditempuh selama kurang lebih 4-5 Jam.
Hari itu adalah malam 21 Ramadhan (ganjil) yang bertepatan dengan malam Jumat. Menurut beberapa hadist apabila malam ganjil + malam Jumat. Hampir bisa dipastikan itu merupakan malam Lailatul Qadr.
Saya bersama rombongan tiba di Masjidil Haram tepat pada saat adzan waktu solat Ashar. Kami turun bus lalu bergerak menuju hotel yang sudah disiapkan.
Karena hari itu adalah malam pertama dimulainya iti’qaf. Memang benar saja, jalanan waktu itu sudah sangat macet. Kami turun jauh dari pekarangan yang seharusnya. Kami harus berjalan sekitar 1 Km menelusuri gang untuk sampai ke hotel kami.
Karena jarak cukup jauh, kepala regu sibuk untuk menyemangati Ibu-Ibu yang terseok seok karena kebanyakan membawa barang belanjaan. Para bapak-bapak sedikit di depan dan menunggu disetiap pengkolan agar Ibu-Ibu tidak tertinggal dan kesasar.
Sampailah kami di perkarangan hotel. Jangan bayangkan hotel seperti yang biasa kita inap apabila sedang traveling. Hampir seluruh hotel di sana, terutama di waktu Haji ataupun 10 Malam Ramadhan, sudah pasti terbooking oleh travel travel seluruh dunia.
Tidak ada receptionist untuk kita check in pada umumnya. Semua sudah otomatis terkoneksi oleh ustad yang ada di Makkah. Sehingga setelah barang sudah kami rapihkan di salah satu sudut lobby hotel tersebut. Kami bergegas ke Mushala hotel tersebut untuk menunaikan Solat Ashar.
Selanjutnya setelah kami solat Ashar, kami dikabarkan bahwa kamar kami belum juga ready. Masih dibersihkan. Tidak ada yang bisa dilakukan selain duduk berzikir, dan berdoa selama menuggu.
Kami pun masih menggunakan Ihram, karena kami harus menunaikan ibadah umroh terlebih dahulu. Sebelum bisa berganti pakaian kemudian.
Saat dimushola itu, saya termasuk yang sedikit merasa kesal. Karena kok seperti tidak diorganize dengan baik sampai tamu harus terlantar seperti ini di Mushala. Saya WA ke owner travel dan memberi tahu keadaan kami saat itu.
Namanya Pak Udin.
Bang Udin , “ Ini kok kamarnya belum ready”, kita udah capek banget di Bus 5 Jam dan dalam keadaan puasa.
Udin pun menanggapi santai. “Sabar Bro” , high seasson gini emang begitu.
Dibilang seperti itu saya masih merasa belum puas, saya hilir mudik menanyakan kapan kesiapan kamar kepada Ustad yang mengorginize kami di sana. Jawaban yang sama pun kami dapatkan dari Pak Ustad. “Sabar Mas” semua antri mau masuk karena ini malam pertama dimulainnya iti’qaf.
Sambil zikir untuk melawan rasa kesal, akhirnya ketua suku pun mengusulkan untuk kita semua bisa Umroh terlebih dahulu. Khawatir kelamaan dan keadaan semakin padat. Karena menjelang Isya orang pasti akan lanjut Tarawih dan Tahajud. Non Stop.
Kami pun diyakinkan untuk meninggalkan saja semua koper tersebut di lobby. Nanti sudah diatur untuk pembagian kamarnya. Sehingga sesampainya kami setelah Umroh. Koper akan sudah berada di kamar.
Setelah berbenah, kami bergegas menuju Masjidil Haram. Menggunakan Ihram. Puasa.
Sambil beriringan, kami pun tawaf sambil melantunkan doa dan hal - hal wajib dalam Umroh. 7x Tawaf. Ditutup dengan solat sunnah.
Alhamdulillah ya Allah, telah ku tunaikan panggilanmu. Sungguh kenikmatan yang luar biasa dapat melihat Kabah di bulan yang penuh dengan rahmat.
Seusai Umroh dilaksanakan, kami juga mengambil posisi untuk duduk manis di shaf shaf yang telah disediakan. Sambil menunggu takjil dibagikan. Saya mengecek tas kecil saya yang berisi barang-barang seperti uang, dompet, Hp, paspor dll.
Jrenggg. Kok Hp saya gak ada.
Padahal seinget saya, urusan HP saya gapernah copot dari tas kecil saya itu.
Kepanikan mulai menjalar ke badan, saya lawan dengan zikir dan istigfar. Saya khawatir kalau 9 hari kedepan saya tidak bisa berkomunikasi lagi dengan keluarga. Terlebih lagi itu hp satu-satunya saya yang berisi lengkap tentang kerjaan dan data-data kehidupan kurang lebih selama dua tahun ini.
buka puasa pun saya jadi gak fokus, saya belum berani bilang kesiapapun perihal HP saya yang tidak saya temukan tersebut. Saya juga buntu, apakah HP itu jatuh saat Umroh , atau tercecer saat saya berbenah sebelum jalan ke Masjidil Haram untuk menunaikan Umroh.
Selepas rangkaian Ibadah Maghrib selesai, saya dan rombongan kembali ke hotel untuk mengganti pakaian dan istirahat. Ada juga yang menguatkan diri tetap di Masjid untuk menunaikan Isya dan Tarawih.
Saat itu, bagi yang ingin ke hotel sudah diberi tahu, bahwa malam ini kan ramai sekali. Kemungkinan bisa sampai luar area Masjidil Haram.
Karena saya mempunyai agenda mencari HP yang hilang, saya pun ikut rombongan yang kembali ke hotel. Tak lupa diperjalan menuju hotel, saya memutuskan untuk menggundul rambut saya yang merupakan ritual setelah Umroh.
Itulah kali pertama saya Gundul seumur hidup saya.
Setelah gundul, saya bergegas menuju hotel. Hanya 2 bangunan dari tempat saya memotong rambut.
Lobby hotel makin ramai, tidak karuan. Sampai sampai mau naik lift saja antriannya sampai ke pintu luar hotel.
Karena sangat padat, saya membeli jajanan yang ada di bawah lobby hotel. Saya nikmati antrian tersebut sampai akhirnya kami sampai di kamar hotel.
Seperti yang sudah dijanjikan. Koper sudah semuanya tertata di kamar. Sudah juga ditempatkan di samping kasur masing -masing.
Seingat saya, kamar kami yang laki-laki bisa diisi sampai 6 orang termasuk Pak Ustad.
Tiba saatnya, saya membongkar koper dan barang-barang saya.
Nihil. Tidak ada.
Akhirnya, karena melihat saya membongkar-bongkar barang sendirian. Ada satu Bapak-Bapak yang sadar. “ Sedang menjacari apa Mas” ucapnya.
“Ini pak”, Hp saya kayaknya hilang deh.
Mulai saat itu, akhirnya satu rombongan tahu Hp saya hilang.
Mereka berempati dengan ikut mencari di tas mereka masing-masing.
Nihil. Ternyata juga tidak ketemu.
Ada sedikit perasaan. “Ah yaudah deh ikhlasin aja” kali aja Allah pengen saya fokus ibadah, sehingga HP saya diambil dulu.
Sempat juga mengikhlaskan karena saya masi bersyukur, barang-barang penting lainnya tidak hilang. Seperti paspor, dompet, uang .. dll.
Setelah mandi, berbenah, lalu bergegas untuk solat Isya. Saya melihat HP sang kepala suku adalah Iphone juga.
Saya coba tanyakan kepada ia, bolehkah saya meminjam dulu hpnya sekedar untuk mencari HP saya lewat Find My Phone?
Saat itu saya belum pernah mencari Hp lewat aplikasi ini. Jadi saya tidak berharap apapun dari percobaan yang terakhir ini.
Saya masukkan lah email dan pass apple id saya. lalu find..
Terlihat masih online.
Saya tidak tahu posisi peta yang ditunjukkan aplikasi itu adalah hotel saya. Yang saya tahu adalah, alhamdulillah Hp saya masih Online nih.
Lalu saya juga baru tahu bahwa aplikasi itu bisa membunyikan Hp yang sedang dicari.
Klik.
Saya pencet untuk membunyikan Hp saya, ……….. dan
Terdengar bunyi -bunyi dari luar kamar ….
Saya masih antara pecaya dan tidak. Apakah itu suara HP saya atau halusinasi.
Lama - lama, terdengar jelas, suara itu berasal dari tumpukan kursi roda yang ada di depan kamar kami.
Dibantu oleh segenap raga dan jiwa pasukan di kamar kami, satu per satu kursi roda yang tersusun padat itu kami bongkar.
Dan saya pun menemukan HP saya di salah satu bangku kursi roda yang terlipat.
Entah bagaimana ceritanya itu Hp bisa sampai ada di kursi roda itu. Yang jelas saya akhirnya bersykur dan sekaligus minta ampun terhadap kesalahan saya.
Langsung saya sadari bahwa ini adalah tanah suci. Tidak boleh ada sedikitpun rasa kesal apalagi amarah. Teguran langsung di depan mata.
Tapi secepat itupula pertolongan datang, ketika kita sudah menyadari dan mengikhlaskan.
Semua yang dihadapi adalah ujian dari Allah, dan yang memberikan solusinya juga tentu saja Allah.
Tiada daya kami selain pasrah dan ikhlas terhadap ketetapanmu Ya Allah.
Subhannallah Walhamdulillah Walailahailallah Allahuakbar.
Tidak ada komentar: