Strategi Langit

 Cerpen Minggu 19 Feb 2023


Sejarah tidak bisa diulang. Tidak pula bisa dikoreksi. Hanya masa depan yang bisa diperbaiki.


Perjuangan nenek moyang kita tak akan bisa lepas sampai kapanpun hingga melekat pada kita saat ini. Walaupun sudah tiada, sebagai penerus kita tidak boleh melupakan sejarah. Tidak hanya sebagai pelajaran, tentu saja juga untuk motivasi kehidupan.


Perjuangan seorang nenek yang mengusahakan mati2an yang terbaik untuk anak cucunya. Supaya hidupnya tidak sesusah perjuangannya. atau minimal melanjutkan delegasi yang sudah ditinggalkannya.


Itulah konsep kehidupan, meneruskan pemikiran leluhur kita, yang mana banyak dibeberapa hal impian itu baru bisa dicapai setelah melewati beberapa genarasi.

Apakah di generasi kita, anak kita, cucu kita, atau malah nenek kita? 


Pernah dengar? generasi 1 adalah membangun, generasi 2 menikmati, generasi 3 menghabisi.

Tentu celetukan itu bukan sekedar lelucon biasa, ada filosofinya.


Banyak yang merasakan kejadian itu, hingga sudah tidak bisa lagi disebut lelucon. Melainkan sudah menjadi sebuah filosofi.



Kalo generasi 1 nya setengah matang, bisa jadi generasi 2 nya melanjutkan mematangkan. Lebih sukses dari orangtuanya. Tapi ingat, harus “setengah matang”. Mengapa?


Karena biasanya kalau sudah matang, orang langsung makan. Dihabiskan.


Tapi kalau setengah - setengah, kaum mendang mending. Inilah kesempatan generasi 2 nya melibas di tikungan. Lebih sukses dari orangtuanya.


Lalu, menjadi matang. Generasi 3 lah yang menikmatinya, meneruskan usaha orangtua. dan generasi 4 yang akan menghabiskan.


Kemudian bagi yang sudah matang bagaimana? agar terlihat masih belum matang. Agar generasi bawahnya masih usaha untuk mencari, tidak sekedar menikmati.


Banyak orang super kaya menerapkan ini. Tidak semua orang tau. 

Memang lebih dari separuh orang tua yang matang, akan menyuapi anaknya. Tapi sudah banyak yang mulai menerapkan ketika suatu generasi sudah matang, nilai-nilai tersebut ditransfer ke anaknya.


Dibuat seolah belum matang. sehingga harapan untuk berkarya masih ada. bahkan lebih baik dari sebelumnya. Mengingat semua fasilitas yang diberikan orangtuanya sangat mumpuni.


Baca cerita keluarga - keluarga super kaya di Indonesia. Mayoritas mereka sudah bisa mengkondisikan anak cucunya masih dalam keadaan lapar. Masih belum bisa dimakan. Masih harus memasak. dan masih harus terus dalam keadaan sederhana dan berkarya.


Bersykur di Indonesia tidak ikut-ikutan menganut childfree, dimana orang sudah enggan punya anak.

Di Indonesia anak adalah rezeki, karena sang anak membawa rezekinya sendiri dari langit, bukan membagi dengan saudara atau orangtuanya yang sudah duluan lahir.


Namun data terakhir yang disebutkan oleh Ibu Megawati, IQ rata-rata orang Indonesia hanya 78. Masih dibawah rata-rata. Harus dibuat sistem yang membuat rata-rata ini naik.

Indonesia tidak kekurangan orang pintar. Segala aspek ada. 

Kenapa belum bisa maju? karena ditolak oleh IQ 78 tadi yang belum sampe akalnya.


Jadi fenomena yang terjadi, sang jenius-jenius tadi malah bekerja dan berkarya di negeri orang, membangun peradaban dan habitatnya sendiri.

Yang IQ 78 masih berebutan lahan makan, masih diadu oleh kepentingan agar tidak memikirkan kemajuan.


Kita semua berharap dan berdoa, setelah generasi milenial nanti, Semua akan pada porsinya, kesenjangan berkurang dan kemakmuran meningkat.






Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.