Siapkan Wadahnya Baru Tuang Airnya
Kausar Azima 17 November 2015
Kondisi masyarakat di dunia
sekarang ini sangat tergantung kepada kondisi ekonomi yang mulai tidak menentu.
Pasang surut siklus ekonomi tidak hanya dirasakan dampaknya oleh pelaku pelaku
ekonomi dunia, namun hingga ke masyarakat kecil sangat merasakan dampak dari
gejolak perekonomian dunia.
Kondisi masyarakat saat ini yang sangat
terbuka akan akses informasi, dengan mudah mengetahui kebijakan apa saja yang
sedang dibangun oleh pemerintah. Bahkan sebagian kelompok lainnya menjadikan
informasi itu sebuah dasar mengambilan keputusan bagi solusi bisnis yang sedang
dijalankan.
Artinya, setiap masyarakat maju
dan modern sekarang ini bukan menjadi penonton dan pendengar setia kebijakan
ekonomi, namun sudah menjadi pelaku, bahkan memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap ekonomi
bangsa dan global.
Cukup cerdasnya kalangan
masyarakat sekarang ini, yang sangat kritis akan keputusan dan kebijakan oleh
pemerintah, membuat pemerintah saat ini juga memperlakukan masyarakatnya harus dengan
cara yang sedikit berbeda.
Pemerintah tidak seperti dahulu
yang mengaliri air di atas jalan raya atau disebuah tanah kering dan tandus.
Saat ini pemerintah sudah cerdas dengan membuatkan saluran saluran air yang
baik, sehingga ketika dialiri oleh air hujan atau mata air yang jernih, maka masyarakatnya
dapat menikmati segarnya air secara terus menerus.
Kalo kita coba ingat beberapa
tahun lalu, kebijakan pemerintah hanya
seperti air yang disiram ke tanah yang tandus. Membasahi sesaat, dan
kemudian akan kering kembali. Namun untuk saat ini tidak seperti itu, kebijakan
yang dilakukan lebih dengan membangun saluran air yang baik, lalu hasilnya adalah masyarakat akan dengan mudah menikmati air tersebut terus menerus sepanjang waktu.
Namun ada sedikit kendala untuk membuat air tersalurkan ke seluruh pelosok. Kendalanya tentu
saja adalah tidak semua masyarakat dapat menjangkau saluran air tersebut. Ada yang
hanya bisa menjadi penonton atas melimpahnya air yang dialiri, atau ada juga
yang sama sekali tidak melihat adanya saluran tersebut.
Untuk itu pekerjaan memang tak
sebatas sampai membangun salurannya saja. Harus ada proyek besar yang mampu
membangun sarana saluran tersebut sehingga hingga ke pelosok daerah dapat
menikmati air yang dialiri oleh mata air yang jernih dan nikmat. Tentu dengan penyerapan air disekitar saluran, pintu pintu air yang layak, dan bebas dari hambatan dan pendangkalan.
Pertanyaaan selanjutnya apa? Lalu
bagaimana yang hanya dialiri oleh got atau saluran kecil, sangat tidak adil
dengan yang mendapat langsung dari kanal utama yang lebarnya mencapai 80-150
meter.
Pertanyaan ini memang selalu saja
keluar bagi mereka yang tidak mengerti konsep saluran air. Mengapa kanal harus
lebar besar dan dalam? Karena kanal merupakan kumpulan pembuangan dari banyak
got kecil, parit, dan kali menengah. Sehingga tidak mungkin kanal ukurannya
kecil. Karena jika kecil, debit air yang ditampung tidak akan cukup dan akan
luber kemana mana.
Sesungguhnya, sebuah ilustrasi di
atas merupakan gambaran kecil bagaimana Tuhan memberikan dan menitipkan kita
sebuah makhluk yang bernama rezeki. Rezeki ini ibarat sebuah air yang turun
dari langit, tidak bisa dicegah, tidak bisa diminta secara adil. Hujan tidak pernah memilih untuk hanya menghujani lokasi yang memiliki saluran yang besar saja, namun hujan juga menghujani daerah yang hanya memiliki saluran kecil.
Hal yang membedakan ialah, hujan di lokasi yang hanya memiliki saluran kecil, sisanya akan luber, terserap oleh tanah dan menjadi air yang sia sia. Sedangkan hujan yang turun di saluran besar, akan tertampung utuh memenuhi saluran atau bendungan yang dibangun kokoh.
Permasalahan air yang kita alami,
saya renungkan dan pikirkan ternyata mirip dengan konsep rezeki yang Tuhan
berikan. Rezeki itu akan terus turun, namun tidak semua orang dapat
menikmatinya, memanfaatkannya dan bahkan menyimpannya sehingga dapat digunakan
terus menerus.
Untuk itu, bagi kita sang
penerima rezeki, dahulukanlah membuat saluran yang mengalir dengan baik,
bersih, mulus dan licin, sehingga air tersebut akan mengalir terus tanpa henti
walau hujan tidak datang. Bahkan bagi sebagian kalangan orang, ada yang mampu
menampungnya dalam jumlah besar dan menjadi pemuas kebutuhan air bagi banyak
orang.
Pembahasan selanjutnya ialah,
bagaimana cara membuat saluran yang lancar, atau bahkan bendungan yang kokoh
dan dapat menampung banyak air? Tuhan mengajarkan kita untuk berbagi, karena
itu hanya dengan berbagilah saluran tersebut tidak putus sampai di si penerima
rezeki, namun akan terus mengalir hingga ke laut dan kemudian kondensasi menjadi awan
dan turun hujan. Begitu seterusnya sebagaimana siklus air yang telah kita
ketahui.
Jadi kesimpulannya jika ingin
menerima banyak rezeki, berlimpah dan berkah. Dahulukan membangun infrastruktur
saluran yang baik dan kokoh. Maka ketika hujan datang mengguyur, air akan tahu
jalan dan arah kemana ia akan kembali. Tidak langsung diserap tanah atau luber
tidak jelas kemana perginya. Saluran yang kokoh juga akan memberikan manfaat
bagi banyak orang. Jadilah Kanal air yang besar, bukan kali atau parit kecil
atau selokan yang tersumbat oleh bnyak sampah.
Tidak ada komentar: