Gianyar - Piyungan
2 Tahuh Mudik
Bismillahirahmanirahim
Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semua teman teman yang merayakan. Tidak bisa diungkapkan betapa nikmatnya bisa kembali bersilaturahmi dengan keluarga.
Alhamdulillah kali ini kami juga ikut bisa merasakannya. Setelah 2 tahun tak berdaya. Dengan suasana yang sedikit berbeda.
Melawan arus manusia, yang jumlahnya hampir 2 juta.
Saya bergerak dari arah timur, masuk pulau jawa hingga ke Jogjakarta. Perjalanan tidak separah yang saya baca diberita.
H-1 Lebaran kami baru mulai jalan dari Gianyar menuju Gilimanuk. Tidak lupa untuk membeli sedikit makanan dan swab antigen. Karena kami belum vaksin booster yang ke 3.
Perjalanan dimulai pukul 9.00 pm Wita. Berangkat menuju barat ke arah Gilimanuk. Tanpa kemacetan yang berarti kami sampai di antrian Gilimanuk jam 01.00 am Wita.
Kemacetan di Gilimanuk sudah kami pantau dari sosial media @infogilimanuk. Rata-rata antrian ada di 7-8 jam antrian.
Karena info itu kami sudah perhitungkan dan antisipasi, membawa kipas angin, membawa sedikit makanan kecil dan tidak lupa memakai pampers. Khawatir sulit mendapatkan toilet yang layak.
Pengalaman ini kami dapatkan sewaktu macet brexit 2016 lalu. Sampai ada yang meninggal hampir 20 orang. Mobil tidak bisa bergerak, banyak yang habis bensin, tidak bisa pula puter balik, tidak ada restaurant, dan tidak ada toilet.
Minimnya informasi toll sehingga banyak pemudik yang tidak menyiapkan saldo e money dengan cukup, menambah antrian yang sangat amat panjang dan mengerikan.
Akses ke perkampungan sekitar juga cukup jauh. Pedagang asongan terlambat datang. Sudah keburu banyak yang tepar terkena racun diesel yang tidak dimatikan.
Ternyata pemerintah setempat di Gilimanuk cukup siap. Sudah dibuatkan kantung kantung seperti labirin agar menghindari antrian panjang. Antriannya tidak memanjang tapi melebar. Teratur sesuai giliran. Salut sama Pak Polantas yang sangat sigap.
Semua mobil merasa tidak stuck, padahal sebenernya hanya diputar putar di perkampungan setempat. Karena perasaan tidak stuck itu penting untuk psikologis pemudik, walaupun jalan hanya sedikit.
Mayoritas pemudik juga hanya dari Denpasar, Tabanan, Gianyar,,, Baru menempuh 2-3 jam perjalanan, tenaga untuk menginjak kopling dan pedal rem masih cukup banyak.
Sampai dipelabuhan juga banyak orang yang belum siap dengan tiket online. Banyak pemudik yang isinya se RT. Sewa mobil bareng - bareng dan tidak punya akses untuk beli online di tempat. Karena tentu saja memerlukan mobile banking untuk pembayrannya.
30% pemudik jenis ini menghambat setengah antrian yang terjadi di pelabuhan. Mohon sekiranya pelabuhan dapat mengantisipasi dengan dikembalikan lagi menjadi menggunakan e money seperti dulu. Tinggal tab, dan jalan, sediakan juga outlet top upnya. Dan sediakan juga kartu barunya bagi yang belum punya.
Singakat cerita kami masuk kapal pukul 5.30 am WITA. Sudah lebih cepat dari rata2 antrian 3-4 hari yang lalu. Alhamdulillah masuk ketapang dengan selamat pukul 5.30 an juga.
Saya tidak ingat kondisi saat nyebrang dari Gilimanuk ke Ketapang, karena saya manfaatkan untuk tidur dengan pulas.
Sesampai di Ketapang, tidak lupa kami mencari peristirahatan pertama. Sekedar untuk mandi dan bersih-bersih.
Pukul 07.00 kami sudah kembali jalan menuju Probolinggo dan lanjut Surabaya. Jalanan yang sungguh sangat indah ditemani hutan jati. Kendaraan yang relatif sepi karena sudah menjelang lebaran, puasa terakhir di bulan suci Ramadhan.
Ditambah arah mudik kami yang melawan arus, dari timur ke barat. Sehingga jalanan kosong. Bisa dipacu sekuat mobil melaju.
Tibalah kami sampai di Surakarata (Solo) tepat pada saat azan maghrib tiba. Kami sempatkan makan di Gudeg paling enak di sana. Rasanya enak dan tidak terlalu berat. Manis tidak terlalu gurih. Enak, mahal untuk ukuran orang Jogja Solo, sedang untuk ukuran orang Jakarta.
Lalu kami lanjutkan untuk menyelesaikan perjalanan kami. Solo Jogja kali ini tidak terlalu macet, kurang dari 1 jam kami sudah sampai di Madurejo . Jogja arah prambanan yang sudah sangat ramai oleh takbir keliling.
Konon katanya sudah 2 tahun tidak ada takbir keliling. Kali ini berbeda, semua masjid berkumandang takbir, semua keluar ke jalan-jalan. Tidak mengganggu lalu lintas, atau minimal saya tidak merasa terganggu.
Allahuakbar Allahuakabar, Lailahailaulah, Waullah huakbar, Allahuakbar walillahilaham
Alhamdulillah semua tanpa kendala yang berarti. Kami bisa mudik dengan senang. Mengingat sudah 2 tahun hanya lebaran di Bali.
Terimakasih.. Wasalamualaikum
Perjalanan YIA - DPS 11 Mei 2022
Tidak ada komentar: