Bandar IPO mirip tawuran pelajar (Part 1)

 Yes pagi ini saya mau bercerita untuk hiburan saja. Barangkali suatu hari nanti saya benar-benar menjadi Bandar. Saya cek ke tulisan ini, apakah pemikiran saya sekarang ini sudah benar, setengah benar, atau masih salah.


Cerpen kali ini bercerita tentang bagaimana Bandar menggerakkan harga saham.

Berjualan, dan meraih untung di market atau pasar modal.


Hal-hal yang sudah kita ketahui bersama adalah, emiten mencetak saham tidak dengan cara membeli. Namun menerbitkannya dengan cara mengaktakannya secara legal di Notaris. Lalu kemudian didistribusikan melalui mekanisme under writer (UW) / sekuritas.

Pagi ini saya akan spesific membahas bagaimana kerja (UW) dalam mendistribusikan sahamnya pada saat IPO. Bagaimana jualannya, dan bagaimana promosinya.


Berikut cerita nya.


Untuk emiten yang baru saja melantai di Bursa. Saya dapat klasifikasikan menjadi 2. Satu adalah emiten yang tidak perlu distribusi (jualan), lalu ada juga emiten yang perlu jualan. 

Untuk emiten yang tidak perlu distribusi, biasanya ada maksud dan tujuan lain. Sehingga IPO hanya menjadi syarat sekunder dari strategi selanjutnya yang ingin dilakukan.


Namun saya tidak akan membahas saham yang tidak untuk berjualan saat IPO, karena ini bukan lah tempat cari makan para scalper. Bisa dipastikan saham seperti ini tidak menarik secara chart, dan hanya menjaga volume yang sudah dijanjikan kepada pemberi pinjaman saat Repo.


Kita beralih ke saham IPO yang akan distribusi. Saya bagi lagi dengan cara 2 metode. 

Satu dengan metode tawuran pelajar, satu lagi dengan metode team basket saat bertanding.


Keduanya dilakukan oleh anak - anak seumur SMA. Fisiknya kuat, nyalinya besar, tentu saja harus gesit dan cepat. Agar bisa melawan retail - retail yang sekarang sudah mulai pintar.



Pertama saya akan membahas metode Bandar IPO gaya pelajar tawuran.


Gaya ini merupakan gaya bandar yang minim modal, dikejar deadline, dan biasanya tidak terhubung dengan group usaha lainnya. Karena reputasi dipertaruhkan saat itu juga demi mendapatkan uang.

Mirip dengan tawuran, minim kreatifitas karena biasanya minim modal, biasa dilakukan oleh anak2 yang kurang bertanggung jawab.


Bagaimana caranya?


Mudah, Kordinasi bandar dengan beberapa anonim untuk menyerap saham saat fase book building awal penjualan saham. Sehingga saham yang rill beredar di masyarakat sangat sedikit. Ditandai dengan seolah-oleh terjadi over subscribe berkali-kali. Sehingga, penjatahannya sangat kecil, hanya 1%-3% saja.


Selanjutnya, apa yang terjadi di hari pertama IPO?

ARA…. Selanjutnya ? ARA lagi, ARA dan ARA lagi.


Kenapa seperti itu? Mudah dan murah. Market belum punya barang. Sehingga mengkerek sampai dengan ketinggian puncak Everest pun bandar kuat. Hampir belum ada barang yang tercecer di publik.


Lalu, apa yang terjadi?


Ketika sudah naik 1-2x lipat harga IPO. Bandarnya akan lebih mudah jualan. Mengapa?

Contoh : Bandar ditargetkan untuk menjual 1.000.000  Lot saham dengan target 10 Miliar.

Kenapa 10 Miliar, karena di prospektus terbaca, estimasi harga saat IPO adalah 100 Rupiah.


Dengan fenomena ARA berkali-kali tersebut, maka harga yang sudah di 200an rupiah tadi, jauh lebih enteng menjualnya. hanya butuh 500.000 Lot terjual untuk mendapatkan Rp 10 Miliar.

Atau apabila harga sudah di Rp 300, hanya perlu 350.0000an Lot terjual, untuk bisa mendapatkan 10 M. Begitu seterusnya. Matematika sederhana yang belum banyak orang paham.


Kedua, Dengan ARA berkali kali tersebut, banyak orang awam yang akan ikutan FOMO, wah harganya naik terus, artinya publik percaya rencana-rencana keuangan perusahaan.


Publik selalu mencari posisi saat ARA, karena yakin besoknya akan ARA lagi.


Puja dan puji masyarakatpun terus berdatangan. Deras, karena harga terus naik tanpa ujung.

Influencer pun mulai menebak-nebak dengan itungan fundamental, dikira-kira harga wajarnya akan berapa, muncul spekulasi gila-gilaan yang beredar, sehingga retail makin tidak karuan emosinya.


Dan ingat, market atau pembeli di pasar modal ini adalah market orang yang cepat ingin kaya tanpa usaha. Market itu sangat besaaaaaaaaaar sekali di Indonesia. Jadi apabila anda ingin berjualan, mau mudah, carilah market yang pembelinya mau cepat kaya. 


Baik, kembali ke topik…


Lalu, tiba saatnya orang sudah sangat menginginkan barang tersebut, Bandar dengan mudah jualan secara perlahan tanpa kesulitaan sedikitpun.

Hal inilah yang disebut matematika sederhana ditambah psikologis buta. Sehingga hampir semua model distribusi seperti ini jarang sekali yang gagal. 


Pertanyaan selanjutnya? apakah happy ending atau tidak?


Biasanya model distribusi jahat seperti ini berakhir mengenaskan, banyak yang selesai di harga 50 perak. Banyak juga yang sampai dijual pun sama sekali tidak bisa. Lalu, retail bisa apa?


Metode ini memang enak, minim modal, menyerap cepat, dan biasa dilakukan karena deadline. Biasanya utang. 

Ketika emiten mentok untuk membayar utang, namun tidak mau melepas assetnya, atau assetnya sudah habis, metode IPO cara ini bisa jadi alternatif. Retail korbannya.


Jadi ciri selanjutnya perusahaan seperti ini adalah, padat utang. Maka, cek utangnya, cek reputasi pengendalinya, cek juga afiliasi group di dalamnya.

Untuk yang suka saham IPO, dan suka membeli saat book building, apabila ARA, cepatlah jual. Bersykur anda sudah diberikan jajan oleh bandarnya yang kurang modal itu. Jangan menjadi nambah beban mereka.


Lalu, apabila anda tidak membeli pada saat book buiding. Tidak perlu ikut-ikutan beli di level Ara. Tidak perlu juga FOMO. Tonton saja apa yang terjadi dalam 1 bulan. Maka anda akan bersykur tidak membeli saham itu.


Begitulah cara bandar tawuran, jagoan menyerang yang lemah. dibantai sampai titik nadir, tak jarang sampai dibunuh total sampai tidak bisa dijual lagi. 

Saya tetap menyebut bandar seperti itu jagoan, karena strategi ini sering berhasil, bukan salah bandarnya, tp retailnya yang kurang edukasi.



Lalu bagaimana yang mode permainan basket? Nah, itu akan saya bahas di episode cerpen selanjutnya. 


Bersambung…. 










Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.