Emirsyah Airline


 

Mengenang kejayaan Garuda Indonesia di tangan dingin Emirsyah Satar. Memory saya menjadi flashback ke 10-15 tahun yang lalu. Dimana, airline Indonesia yang dengan source yang terbatas, bisa sejajar dengan airline Arab yang source nya tidak terbatas, “Minyak”.

 

Kemunculan airline di Timur Tengah ini memang di moment yang tidak jauh berbeda dengan kemunculan airline yang rebranding di Asia Tenggara.

 


 

Kehebatan Qatar, Emirates, Etihad, diimbangi dengan Thai Airways, Garuda Indonesia, Malaysian Airlines, Vietnam, dan tentu Singapore Airlines.

 

Semua maskapai yang saya sebutkan itu adalah maskapai premium yang muncul di era yang relative bersamaan, dan dengan posisi yang semuanya premium.


 

 

Kala itu, Indonesia dengan bangga dan cukup berhasil turn-around Garuda. Emir digadang – gadang bahkan sampai bisa menjadi Menteri karena dengan kehabtannya bisa menerbangkan Garuda terbang tinggi, tangan dingin Menteri BUMN Dahlan iskan juga ikut andil dalam turn-around Garuda, didukung dengan Menteri -Menteri pendahulunya.

 

Bahkan, pengusaha kondang sekelas Chahirul Tanjung pun berani masuk hingga 4 T untuk membantu pengembangan Garuda.



 

Begitu harum Garuda Indonesia saat itu, juga didukung oleh 2 faktor penting. Pertama Garuda berhasil IPO dimasa Dirutnya Emir, dan Garuda berhasil menjadi official partner Liverpool yang hampir dilakukan tanpa mengeluarkan uang besar.

 

Garuda saat itu mungkin sangat bisa disejajarkan dengan airline airline Arab saat itu yang juga sedang naik daun, sponsornya dimana-mana, dan harga tiketnya juga sangat terjangkau.

 

Terakhir, Garuda juga menyabet berbagai penghargaan penting dari Skytrax. Salah satu yang saya ingat adalah 5 star ekonomi class. Hingga Indonesia yang tadinya dilarang terbang ke Eropa karena masalah safety, menjadi bisa terbang lagi kemanapun Garuda mau terbang.

 

 


Tapi itu Garuda, dibalik kesuksesan Emir menturn-around Garuda dengan begitu hebat. Ternyata ada dendam dibalik kesuksesan yang beliau bangun bertahun – tahun itu. Cerita ini, sudah menjadi fakta yang saya rangkum dari media, dan beliaupun sudah dihukum sesuai dengan perbuatannya.



 

Kira-kira begini analisa saya..

 

Emir yang sudah memiliki karir moncer di dunia perbankan, diajak untuk membantu Garuda. Nama Emir saat itu dengan kedudukan sebagai vice president di Bank Danamon.

 

Ternyata tawaran menjadi patriotic negara ini tidak mudah, pertama harus merasakan turunnya penghasilan. Karena tidak mungkin sekelas Garuda bisa membayar direksi semahal direksi Bank Swasta. Kedua, banyak sekali aspek hukum dan legal yang harus dihadapi Emir saat menjadi direktur di Garuda, baik direktur keuangannya, maupun direktur utama.

 

Tapi, memang apabila berhasil dilakukan, nama baik dan doa seluruh masyarakat Indonesia akan terus dipanjatkan. Seperti Jonan yang juga sangat dikenang akan keberhasilannya menturn around KAI.

 

 

 

Masalah yang dihadapi Emir adalah, di swasta pada umumnya hanya memiliki Bos shareholders dan beberapa stakeholders, management seperti itu tuntas sempurna ditangan Emir yang menjabat sebagai vice president Bank Danamon.

 

Namun, saat di Garuda bosnya Emir menjadi sangat banyak. Menteri perhubungan, DPR, Menteri BUMN, Presiden, dan lain – lain yang merasa “memiliki” Garuda. 

 

Ternyata kesulitan bagi Emir adalah bukan pada bos nya yang menjadi bertambah banyak, namun kenyataan harus turun income lah yang membuat Emir belakangan malah menjadi musuh dari semua keluarga Garuda dan terutama orang yang memberikan kepercayaan kepada Emir.

 

 

 

Emir cukup apes, skema korupsi yang sangat rapih itu ternyata dibuka bukan karena kecerobohan Emir. Padahal, apabila tidak apes, auditor sekelas BPK, ataupun KPK sekalipun tidak akan bisa menagkap letak korupsinya ada dimana. Karena skema korupsi Emir ini benar benar diluar nurul dan diatas fikri.. 

 

 

Secara garis besar, skema Emir juga tidak membahayakan perusahaan, Emir pasti sudah berhitung, agar korupsi yang ia lakukan jangan sampai membuat perusahaan tumbang.

 


 

Ada 2 skema korupsi Emir yang sangat jenius.

 

Saya yakin Emir bukan tipe orang yang celamitan untuk korupsi di setiap pengadaan, namun celah ini yang membuat Emir sangat yakin, mau diperiksa seperti apapun, skema korupsi ini tidak akan pernah ketahuan. Mungkin semua orang yang menjadi direksi yang menjabat saat itu, apabila disodorkan skema semanis ini, kemungkinan akan mengambil langkah yang sama dengan Emir.

 

Skema ini bermula dari , pemilihan mesin pesawat dari pengadaan pesawat yang dilakukan oleh Garuda. RR sebagai produsen mesin, merasa tidak mau kalah oleh pabrikan GE. Sehingga RR melakukan lobby langsung ke airline agar pilihan mesinnya mau menggunakan RR.

 

Agar tidak sulit untuk dipahami, ibaratnya pengadaan baju, anda disogok produsen kancing. Dan anda cukup memilih kancing itu ada di baju pesanan anda. Lalu anda sebagai direksi diberikan uang oleh pabrik kancing. Bukan dari supplier penjahit yang ada bayar.

 

Secara administrasi dan keuangan, skema seperti ini tidak akan terhendus. Sempurna sekali. Laporan keuangan Garuda dan Laporan keuangan Boeing, tidak ada yang salah sama sekali. Begitulah kira-kira mulusnya korupsi yang dilakukan oleh Emir.


 

 

Lalu bagaimana bisa ketahuan? 

 

Apesnya, RR tidak hanya melobby Garuda. Dirut airline lain juga disogok oleh RR agar mau menggunakan mesin RR. GE sebagai competitor merasa ada yang aneh dengan penjualan mesinnya. Lalu kecurigaan itu diteruskan kepada laporan ke KPK nya Inggris bahawa ada Monopoli yang mengarah pada korupsi yang dilakukan oleh RR.

 

KPK Inggris pun bergerak, persidangan dan penyidikan dilakukan di Singapura. Nama Garuda ternyata juga ikut disebut oleh si tukang sogok dari pihak RR., disitulah apesnya dan mulainya keruntuhan nama baik Emir, sehingga men-trigger KPK Indonesia mulai bergerak. 


Emir kandas, ternyata Garuda juga terbukti menerima suap, tidak besar.. Yang ketahuan katanya hanya sekitar 5 juta.

 


 

Skema kedua...

 

 

Korupsi yang dilakukan Emir saat korupsi adalah pengadaan pesawat Bombarider. Buatan Canada. 

 

Diakhir masa jabatannya, Emir tiba-tiba membeli pesawat aneh. Yang jarang dibeli maskapai-maskapai pada umumnya.

 

Bombardier memiliki 2 mesin jet di belakang, yang diclaim lebih hening, saya sendiri sampe itu pesawat dipulangkan oleh Eric, belum pernah mencobanya.




Namun ternyata ada 2 masalah yang dialami Garuda dengan memiliki Bombardier.

 

Pertama, bagasi cabin yang sangat kecil, karena Bombardier hanya diperuntukkan untuk penerbangan perintis yang pendek seperti Jakarta – Bandung.

 

Kedua, Bombardier juga tidak bisa seefisien Boeing dan Airbus. Sehingga, setiap terbang, dengan occupancy 100% pun. Bombarider hanya membakar uang. 

 

Padahal, di awal kepemimpinannya, Emir selalu bilang, masalah utama garuda adalah jenis pesawat yang terlalu banyak, sehingga maintenance yang mahal menjadi factor sulitnya keuangan Garuda.

 

Namun, bombardier ini sudah dibereskan oleh Erik pada saat pandemic 2020 lalu, semua pesawatnya sudah dipulangkan, Erik melawan, karena ada skandal korupsi dibalik pengadaan pesawat itu.

 


 

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.