2. Berangkat ke Baitullah
a. Puasa di Indonesia
Sekitar 10 hari menjelang lebaran, suasana ibukota memang belum terasa sepi, mungkin bisa dibilang ini adalah titik puncak silaturahmi masyarakat kota sebelum pulang ke kampung masing masing (read : Iftar jama'i) alias bukber alias buka puasa bareng
Syukurnya iftar jama'i yang penting2 sudah saya hadiri dan tunaikan.
Tidak semua iftar jama'i saya penuhi undangannya.
Karena hanya ada 2 ibadah special yang hanya disajikan pada bulan Ramadhan, 1 ibadah tarawih dan ibadah sahur. Dahulu sekali, di era 90an. Kalau ada acara iftar jamai, pasti satu rangkaian dengan pengajian dan Tarawihnya.
Dikampung-kampung, ibu2nya udunan bawa makanan, bapaknya gelar karpet untuk tarawih, anak2 mudanya ikutan bantu bapak dan ibunya masing2..
Silaturahminya jalan, Ibadahnya jalan. Berbeda dengan iftar jamai sekarang. Khususnya di Jakarta, macet, sumpek, harus reserve jauh jauh hari. Jangankan solat tarawih atau Isya berjamaah, Maghrib-pun kadang juga hampir tertinggal.
Namun memang nampaknya acara itikaf dikala itu tidak semarak sekarang. Masjid2 besar pasti mengadakan acara itikaf di 10 malam terakhir ramadhan.
Khususnya ketika masuk malam ke 21, dimana itikaf2 sudah banyak sekali diselenggarakan oleh masjid besar di Ibukota.
Disamping itu, gaji ke 13 juga rata2 sudah pada cair. Shopping center sudah dipadati oleh kaum milenial yang ingin berpenampilan menarik di hari yang suci..
Waktu waktu seperti ini sangat transaksional sekali, uang triliunan rupiah mengalir berputar dimasyarakat, namun dalam sekejap, peredaraan uang itu akan kembali ke "mereka". Ke bank, ke pedagang retail, ke penyedia jasa transportasi, ke pemilik resto2 mahal dan ke lapisan masyarakat kelas bawah sekalipun.
Disaat inilah saya malah harus pergi meninggalkan hiruk pikuk ibukota. Mencari pahala. Meninggalkan sanak saudara.
b. Satu Terminal Beda Tujuan
Sahur pagi ini harus bener2 serius, menghadapi perjalanan safar yang cukup jauh, hampir 10.000 km, ditempuh dengan penerbangan direct Saudi Arabian Airlines Airbus 330.
Travel (Udin) menginformasikan kumpul di terminal 3 Soekarno Hatta jam 7 pagi. Walaupun terbang masih jam 13.00.
Tanpa menawar sedikitpun saya schedulekan untuk sampai di terminal 3 tepat jam 7.
Istri dan anak kami juga berangkat pagi itu, di terminal yang sama, tapi tujuan yang berbeda. Mereka berdua ke Batam untuk mengisi waktu lebaran, hingga saya pulang nanti sampai ke tanah air.
Berpisah sebelum berangkat ke tujuan masing2.
Selain untuk lebih mengakrabkan diri dengan Kakak dan Ibu saya, tahun ini merupakan giliran silaturahim ke orang tua saya, karena tahun lalu sudah ke tempat mertua saya.
Kesepakatan yang tidak pernah disepakati sebelumnya, namun menjadi tradisi yang sama2 disetujui..
Tepat jam 7 pagi berkumpul di tempat yang sama di Terminal 3 bandara Soekarno Hatta. Tidak sulit mencari rombongan saya, dengan batik merah yang coraknya tidak mungkin sama dengan travel lainnya.
Setelah cek in istri dan menukar uang ke money change yang ada di terminal 3. Kami berpamitan, saya bergabung dengan group saya, sedangkan istri lanjut ke pintu masuk keberangkatan domestik di sisi timur terminal.
c. Teman Baru Se-Tim
Teman seperjuangan saya selama perjalanan ibadah ini ternyata luar biasa. Terdiri dari 2 keluarga yang lengkap. dan kelompok single fighter. Tanpa pendamping atau keluarga. Saya termasuk yang single fighter.
Untuk kepala regu dari Indonesia, Ustad Ade. Sekamar dengan single fighter yang kelompok laki2. Begitupula dengan kepala regu yang standbay di Saudi, Ustad Fardi, juga tidur sekamar dengan kami. Alhamdulillah disitu saya sangat amat bersyukur disatukan dengan jagoan dan sesepuh tanah suci.
Dalam kondisi Tim seperti ini, memang seorang kepala regu harus sangat bijaksana, harus bisa memilih diantara mengutamakan mengurus jika ada anggota yang sakit, juga harus bisa mengimbangi anggota yang militan. Sehingga terkadang mereka bagi tugas, ada yang mengurus anggota yang sedang sakit, dan mendampingi untuk ibadah sehari-hari.
c. Puasa 18 jam
Selama 26 tahun saya hidup, saya baru sekali ini merasakan puasa yang paling panjang, bukan karena saya tinggal di daerah yang siangnya lebih lama daripada malamnya. Tapi karena saya melakukan safar ke daerah timur, sehingga waktunya mundur.
Saya berangkat dari tanah air dijadwalkan pagi sekitar pukul 11 pagi WIB. dan sampai di Madinah jam 5 sore waktu Arabsaudi. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab adalah 4 jam. Ditambah lagi, maghrib di waktu Arab saudi di bulan musim panas sekitar jam 7 malam.
Memang banyak calon peserta umrah yang buka di pesawat. Mungkin alasannya juga memang tepat. "safar" sangat jauh. Menempuh sekitar 10.000 KM. Tp saya pribadi rasanya kok sayang mau membatalkan puasa, iseng mau ngerasain puasa yang super lama seperti di daerah2 moscow dan eropa utara. Alhamdulillah saya bisa tahan sampai berbuka di Bandara Prince Mohammad Madinah...
Tiket PP Jakarta Medinah . Makkah - Jakarta. By Saudi Airline.
Baru landed di Bandara Prince Mohammad Madinah.
Baru mau akan buka puasa di Bandara, setelah ngantri imigrasi.
Mengantri imigrasi.
Jangan heran kalau petugas imigrasinya (Santai Senyum dan gak kelar2 antriannya)
d. Paket internet indosat
Info paket selama di tanah suci menggunakan Indosat.
Info cara aktivasi.
Awalnya saya tidak daftar paket, alasannya simple, mau lebih fokus ibadah, mau menjauhkan dari urusan duniawi, kan nanti di hotel ada wifi dsb dsb...
Ternyata.....
Sesampai di tanah suci, begitu nyalakan hp. Saya kaget, walaupun tidak aktifkan paket, ternyata jika data roaming internasional aktif, tetap bisa nerima sms dan tlp.
Setelah beberapa kali dapet sms dari indosat yang memeberikan informasi bahwa ada paket yang 10 harian dan 20 harian, saya langsung saja mendaftarnya.
Karena saya menggunakan nomor matrix yang pasca bayar. Tidak pandang bulu antara tidak ada pulsa atau paket. Bisa dicharge per / kb dengan tarif yang spektakuler...
Ternyata dengan pembelian paket ini saya bersyukur, sangat banyak sekali membantu kegiatan ibadah dan lain sebagainya, termasuk saat hp saya hilang ditelan misteri yang hingga kini saya tidak tahu persis kejadiannya seperti apa.
Selanjutnya :
Sebelumnya :
Tidak ada komentar: