3. Menembus barier Raudhah (tips untuk yang pertama ke Masjid Nabawi)



a. Indahnya Masjid Nabawi

Sampai di hotel kota Madinah sudah cukup larut malam, ditambah lagi beda waktu 4 jam. Jadi kalo dihitung2 waktu tanah air, jam biologis kita udah seharusnya hampir sahur lagi.

Namun, disaat perjalanan dari bandara ke hotel, hal yang ada di benak saya hanya satu. Makan. Karena saya benar benar belum makan dari sejak buka puasa tadi, dan waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 09.00-10.00 malam waktu Madinah.

Alhamdulillah perjalanan dari bandara ke kawasan masjid Nabawi hanya sekitar 20 menit. Tak lama setelah melewati kampus Madinah yang terkenal itu, terlihat pilar pilar yang indah Masjid Nabawi dari kejauhan, terlihat gemerlap kota arab yang sangat indah di perjalanan malam itu.

Terbayang bagaimana zaman Rasulullah dan Sahabat membangun kota tersebut hingga bisa menjadi semaju sekarang. Terbayang padang pasir yang menjelma menjadi lautan minyak yang tidak pernah putus. Terbayang perjuangan2 Rasul yang dikisahkan sejak saya kecil dahulu.

Sesampai di hotel alhamulillah kami langsung diajak makan di restoran hotel. Masakan Indonesia. Citarasa arab.

Selesai makan kami naik ke atas , masuk kamar, bersih bersih, lalu bergegas mengejar sisa solat tarawih. Namun dikarenakan kami belum solat Isya, kami sekelompok solat isya bersama dahulu dipojokan Masjid.

Jangan ditanya boleh atau tidak ada solat sendiri diluar imam utama. Untuk ukuran masjid sebesar itu, aturan aturan baku yang ada di Masjid tanah air rasanya tidak relvan. Terutama aturan dilarang melintas di depan orang yang sedang solat. Hal itu sulit sekali untuk dihindari, terutama disaat waktu yang sangat padat.

Hotel kami berada di pintu VIII (delapan) melewati pasar kaki lima yang cukup lengkap. Tapi malam itu rasanya kami tidak kuat untuk melanjutkan kegiatan peribadahan, sehingga kami memutuskan untuk rehat sejenak karena direncakanan besok dini hari akan mengejar masuk raudhah sebelum subuh.


b. Salah pintu

Untuk yang pertama kali ke Madinah, jangan heran jika perlu penyesuaian untuk mempelajari peta masjid. Bersyukur ini diperkenalkan terlebih dahulu dengan Masjid Nabawi, tidak langsung Masjidil Haram yang super itu.. Namun untuk level masjid yang ada di Indonesia. Masjid Nabawi tidak bisa dibilang mudah.

Setelah solat isya dan tarawih singkat itu teman memutuskan untuk balik ke kamar dan istirahat. Sebelum kembali ke kamar masing2, Pak Ketua dan Mas Ketua mengingatkan kita untuk bangun di waktu 02.00-03.00 sebelum subuh. Agar kebagian untuk dapat merasakan sensasi solat di Raudhah.

Dari sinilah perjuangan itu dimulai...

Karena waktu tinggal di Madinah hanya sedikit, yaitu hanya 2-3 hari. . Maka Raudhah adalah prioritas saya. Terlebih lagi saya memang belum pernah sama sekali ke tanah suci. Harus ada target agar ibadah bisa maksimum dengan keterbatasan tenaga (puasa).

Bangun jam 2, langsung turun ke restoran untuk sahur. Setelah selesai sahur, kami serombongan berjalan menuju Masjid Nabawi melalui pintu VII, tak lupa Pak Ketua dan Mas Ketua menghimbau agar selalu tetap dalam rombongan.

Namun setelah masuk ke halaman masjid, kita mengetahui hanya dapat masuk lewat pintu belakang, yang mana itu hanya bisa dilakukan oleh bapak2nya. Ibu2 tidak diperkenankan untuk raudhah subuh ini. Dikatakan dengan bahasa arab, untuk wanita nanti di waktu duha menjelang zuhur.

Kami pun menulusuri pintu dimana raudhah akan dibuka sesaat sebelum solat subuh. Tetutup barrier putih setinggi 2 M yang diikat di tali baja yang sangat kuat. Awalnya semua sabar menunggu dibelakang barrier tersebut sambil menunggu aba2 bahwa hijab tersebut akan dibuka..

Jrenggg, alhamdulillah barrier pun dibuka. Semua lari sekuat tenaga menuju arah kiblat. Saya juga ikutan lari secepat kilat sambil berharap bisa masuk raudhah paling depan, ternyata ada barrier lagi di pertengahan. Tingginya tidak setinggi barrier awal tadi, hanya setinggi 1,5 M. Juga diikat ke tali baja yang dipautkan ke pilar2 Masjid Nabawi yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Setelah sesampai di barrier kedua itu, memang belum ada petugas Satpol PPnya mereka yang berjaga. Sehingga semua memanjat barrier itu dengan cepat. Tapi tidak dengan saya. Walaupun saya cukup depan saat lari, namun saat dihadapkan dengan barrier itu hati saya berkata lain. Lebih baik sabar, toh jika memang waktunya dibuka Allah pasti bukakan barrier tersebut.


Perjuangan pertama berakhir disini.. Saya tidak melanjutkan untuk ke raudhah di waktu subuh itu. Bahkan setelah waktu subuh pun saya memilih untuk tadarus di pelataran masjid, sambil mengambil moment payung2 Masjid Nabawi itu terbuka. Yang sangat indah dan canggih itu. Yang orang pemula seperti saya pasti norak dan mengabadikan moment tersebut.

Setelah syuruk dan duha. Saya pulang ke hotel, istirahat sejenak. Sambil melamun memikirkan bagaimana strategi untuk masuk ke raudhah dengan cara mudah dan bisa agak lama...


Perjuangan berikutnya saya mulai dari saat masuknya waktu solat Zuhur.

Dengan berbekal sedikit browsing "cara masuk ke dalam raudhah", saya mantapkan kaki saya masuk ke Masjid Nabawi tanpa rombongan. Saya kok rasanya kalo rombongan menjadi lemah. Seperti ada toleransi dan pertimbangannya. Harus ini harus itu...

Makanya ketika saya izin ke Bapak ketua dan Mas Ketua. Diizinkan. Saya mulai dengan solat2 sunnah diberbagai titik. Isinya solat hajat, solat tahyatul masjid. Perlu diketahui, untuk ibadah di selain AL Haram, memang perbanyak solat dan tilawah baik. Namun khusus al Haram, lebih baik perbanyak tawaf. Lebih afdhal katanya...

Saya ingat, saya solat sampai 12 titik. Masing2 2 rokaat. Sebelum azan Zuhur.

Sampailah azan, saya tetap di posisi ke 12 tadi. duduk manis sambil solat sunnah qabliah. Menunggu iqomat.

Belum ada tanda2 keberhasilan sesampainya waktu zuhur tiba. Saya tetap tawadhu dan berniat dalam hati bahwa saya yakin bisa menempati HOT SPOTnya Raudhah. Tentu dengan bantuan Allah sang maha pemilik alam semesta..

Setelah waktu zuhur, disitulah saya mulai menggunakan otot. Berdesak desakan mengantri menuju Raudhah. Namun yang saya kira itu adalah jalannya, ternyata bukan.

Banyak sekali trap yang memutus antrian di jalur yang salah. Hal ini sengaja dilakukan untuk menahan volume orang yang ingin masuk ke dalam Raudhah. Dan nahasnya lagi, tutup buka trap tersebut dilakukan secara random. Tidak bisa kita hafalkan dan nalarkan dengan ilmu deret apapun juga, lagi lagi, kepasrahan kepada Allah adalah yang utama.


Karena bertubi2 mengalami antrian panjang dan berdesakan namun gagal. Saya mencoba ke ruang yang lebih kosong. Saya tarik mundur untuk melihat keruwetan yang luar biasa itu.

Saya coba dari beberapa sudut untuk memotret raudhah dari kacamata insting saya. Kali ini saya coba lawan pikiran saya untuk tidak ikut antri di pintu II (pintu masjid). Saya memutar lewat sayap kiri masjid untuk mengetahui apa yang ada di sisi yang belum saya coba.

Alhamdulillah ada pertolongan Allah. begitu saya lewat disana. Ada moment dimana barrier mau ditutup tapi masih dijagain oleh Satpol PPnya. Tangannya hampir saja menceklek barrier2 itu ke tali baja untuk ditutup.

Melihat saya yang plingak pelinguk dan mencoba mencari jalan, Satpol PP itu malah menyuruh saya masuk.. Ta'al ta'al,.. Sambil punggung saya didorong agar cepat ia bisa menutup barier tersebut..


c. Buka puasa dalam Raudhah

Subhanallah.. Saya udah berada di ring 1 Raudhah. Sisa selangkah lagi saya bisa masuk. Alhamdulillah azan asar berkumandang...

Saya solat sudah di area ring 1 raudhah. Sudah tidak diusir lagi karena berada di jalur yang salah. hanya tinggal menunggu buka tutup antrian yang sudah semestinya..

Satu hal lagi yang Allah berkati ke saya adalah waktu, waktu antri di dalam jalur resmi ring 1 itu. Saya terdesak oleh memang badan orang asia yang kecil, setiap kali barrier dibuka, serbuan orang memang tidak bisa dihindari.

Singkat cerita saya berada di dalam raudhah yang benar2 1 meter dari mimbar Rasul. Terlihat juga ruang kosong agak gelap dimana dahulu adalah tempat tinggal rasul.

Untuk bisa solat di raudhah juga tidak mudah, ada caranya. waktu saya sedang solat, ada 2 orang yang menjaga area sujud saya. Rupanya mereka sudah lama disitu, mereka membantu saya solat berkali2.

Begitu selesai, saya pun menjaga area sujud saudara2 yang baru saja masuk ke area raudhah.. Tidak lama setelah itu ada hal aneh saya rasakan...


Anehnya.. kok saya ga diusir2 oleh satpol PP, padhal dari zuhur tadi, untuk orang yang sudah berada di area raudhah ini selalu silih berganti. Bahkan 2 orang yang menjaga sujud saya tadi itu juga masih bisa bertahan di area raudhah..

Dan ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 sekitar 30 menit lagi menuju maghrib (buka puasa). Sehingga area raudhah dibatasi hanya orang yang sudah ada di dalam situ saja. Tidak diusir dan tidak ditambah.. Padahal masih bnyak sekali yang terkunci di ring 1 menuju ke raudhah.

Tidak lama setelah itu, komando satpol pp dan beberapa panitia untuk duduk, saya pun beramah tamah dengan kanan kiri, yang ternyata mereka dari Pakistan. tidak bisa bahasa inggris. tp untuk urusan bagi bagi makanan kita saling paham.

Setelah disuruh duduk, digelarlah platik panjang seperti sejadah. Tak lama setelah itu makanan datang. Dari roti arab, Yoghurt, Kopi Arab (yang banyak orang indonesia tidak suka itu). dan masih bnyak lagi..

Perlu diketahui ini adalah buka puasa pertama saya di Masjid Nabawi, sunggu saya terharu sampai meneteskan airmata. Karena Allah begitu baik memberikan saya ruang dan waktu yang sangat tepat.


Notes : Para pejuang raudhah, pintu 1 masjid adalah pintu dimana orang dari Raudhah itu keluar, jadi kalo kita masuk dari pintu 1 masjid, raudhah ada di sebelah kiri. Pintu satu dan dua ini yang sering dianggap akses menuju Raudhah.


Selanjutnya

https://kautsarazima.blogspot.com/2019/05/4-perjalanan-madinah-makkah.html



Sebelumnya

https://kautsarazima.blogspot.com/2019/05/2-berangkat-ke-baitullah.html


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.