4. Perjalanan Madinah - Makkah
a. Umrah pertama
Umrah kali ini special, umrah pertama. Sangat ekslusif. Saya memang kurang tertarik untuk browsing dan membaca tatacara umrah secara detail sebelum tiba saatnya.
Rasu
Saya agak menyisakan pengetahuan itu agar berjalan apa adanya saat di lapangan. Tidak ada perdebatan di hati saya antara pengetahuan yang saya baca dengan apa yang dipandu oleh instrukturnya.
Untuk yang belum tau, bisa baca ini untuk menambah sedikit pengetahuan "apa itu umrah", tp buat yang udah masternya, apalagi langganan tiap tahun ke tanah suci. Mohon maaf apabila ada yang keliru dan tidak sesuai.
b. Miqot
Umrah kami yang kebetulan rangkaiannya dimulai dari Medinah, melakukan miqot di salah satu masjid di perjalanan menuju Makkah. Kebetulan kami miqot di Bir Ali.
Untuk yang belum berganti pakaian ihram dan berniat bisa dilakukan di masjid ini. Tapi yang udah ihram dari hotel di Madinah juga tidak masalah. Tinggal mengulang atau menyempurnakan niat pada saat mengambil miqot di masjid yang sudah ditentukan oleh Rasul.
Tapi, untuk yang dari tanah air sudah mendarat di Jeddah / Bandara King Abdul Aziz. Berdasarkan kesepakatan ulama (walaupun tidak ditentukan pada zaman Rasul dahulu), Bandara King Abdul Aziz sah disebut sebagai tempat miqot.
Setelah berhenti sejenak berniat dan solat sunnah di Masjid Bir Ali. Kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Makkah.
Sesampainya di kota Makkah, azan asar berkumandang. Malam 21 Ramadhan 1439 H. Cukup ramai. Terbayang capture capture pemandangan zaman rasul di Makkah seperti buku cerita nabi yang banyak saya baca saat kecil.
Tp ini berbeda, gedungnya walau tua sudah sangat padat, mirip di Hongkong atau Jepang yang memiliki peradaban cukup tua. Aroma kari menyengat dari setiap restoran sangat membuat perut lapar di waktu asar yang cukup panas itu.
Karena waktu solat dan karena malam ganjil. Jamaah cukup ramai. Perlu diketahui, warga sekitar Makkah sangat banyak yang juga tidak solat di Masjidil Haram saat waktu biasa. Tapi untuk moment2 tertentu mereka menyempatkan untuk solat di Majidil Haram, apalagi jika malam-malam ganjil di waktu Ramadhan.
Bus kami tidak bisa merapat ke dalam hotel terlalu dalam, terhalang oleh padatnya jamaah yang ingin solat asar ke Masjidil Haram. Di sore itu kali pertama saya mendengar azan di Masjidil Haram. Masjidnya para nabi dan Rasul. Sungguh amat sangat luar biasa sensasinya.
c. Manfaat Find My Phone
Selanjutnya :
https://kautsarazima.blogspot.com/2019/05/5-malam-malam-ganjil.html
Sebelumnya :
https://kautsarazima.blogspot.com/2019/05/3-menembus-barier-raudhah.html
Tidak ada komentar: